"Buruk, buruk!" kata orang yang membeli, tetapi setelah pergi, ia memegahkan diri.
Ayat ini dari Kitab Amsal, sebuah koleksi hikmat kuno yang kaya akan nasihat praktis untuk kehidupan sehari-hari. Amsal 20:14 secara khusus menyoroti sebuah aspek perilaku manusia yang seringkali tersembunyi namun sangat merusak: kepuasan diri yang muncul dari keuntungan yang diperoleh melalui cara-cara yang tidak jujur atau meragukan.
Perumpamaan yang digambarkan dalam ayat ini cukup gamblang. Seseorang membeli suatu barang. Dalam percakapannya, baik sebelum maupun sesaat setelah transaksi, ia mungkin mengeluh, berkata, "Buruk, buruk!" Ini bisa diartikan sebagai sebuah taktik untuk mendapatkan harga yang lebih murah, menunjukkan ketidakpuasan atau kelemahan barang tersebut agar penjual merasa iba atau terdesak untuk menurunkan harga. Ini adalah bentuk manipulasi kecil dalam urusan jual beli.
Namun, ironisnya, begitu transaksi selesai dan orang tersebut pergi membawa barang yang telah ia beli dengan harga yang ia rasa "menguntungkan" (meskipun mungkin dengan cara yang kurang etis), ia segera berubah sikap. Ia "memegahkan diri." Kebanggaan dan kepuasan diri muncul bukan karena ia mendapatkan barang berkualitas atau telah berbisnis dengan cara yang adil, melainkan karena ia merasa telah "mengakali" penjual, mendapatkan kesepakatan yang lebih baik dari yang seharusnya. Ada kepuasan dalam perasaan berhasil menipu atau mendapatkan keuntungan yang tidak sah.
Pesan dari amsal ini sangat relevan di berbagai lini kehidupan, terutama dalam konteks ekonomi dan bisnis. Ini mengingatkan kita bahwa kepuasan sejati tidak datang dari kemampuan untuk mengeksploitasi orang lain atau mencari celah demi keuntungan pribadi semata. Justru, perilaku seperti ini menciptakan sebuah siklus yang tidak sehat, baik bagi individu maupun masyarakat. Orang yang terbiasa "mengeluh buruk" untuk mendapatkan harga lebih murah mungkin merasa menang dalam transaksi tersebut, tetapi sebenarnya ia sedang menanam benih ketidakpercayaan dan merusak integritasnya sendiri.
Di sisi lain, ayat ini juga bisa menjadi refleksi bagi para penjual. Penting untuk tidak mudah terpengaruh oleh keluhan palsu dan tetap menetapkan harga yang wajar dan jujur. Namun, fokus utama ayat ini adalah pada pembeli yang merasa bangga atas tindakannya. Kebanggaan semacam itu adalah kebanggaan yang keliru. Kebanggaan sejati seharusnya datang dari kerja keras yang jujur, dari hasil yang diperoleh melalui integritas, dan dari kemampuan untuk membangun hubungan yang saling menghormati dan percaya, bukan dari kemampuan untuk menipu.
Hikmat dari Amsal 20:14 mengajarkan kita untuk memeriksa hati kita. Apakah kepuasan kita berasal dari keuntungan yang diperoleh dengan cara yang benar, atau dari kemenangan atas orang lain melalui cara-cara yang meragukan? Keuntungan yang didapat melalui kelicikan mungkin terasa manis di awal, namun seringkali membawa kegetiran jangka panjang berupa hilangnya kepercayaan dan rusaknya hubungan. Marilah kita berusaha untuk selalu bertindak jujur dan integritas, karena itulah fondasi sejati dari keberhasilan dan kepuasan yang langgeng.