Kitab Ayub adalah sebuah perjalanan mendalam tentang iman, penderitaan, dan pertanyaan tentang keadilan ilahi. Dalam pasal 38, Tuhan sendiri berbicara kepada Ayub dari tengah badai, mengajukan serangkaian pertanyaan retoris yang menakjubkan untuk menunjukkan kebesaran dan kedaulatan-Nya atas seluruh ciptaan. Ayat kelima dari pasal ini, "Siapakah yang menentukan ukurannya? Tentu engkau tahu! Siapakah yang membentangkan tali pengukur di atasnya?", adalah sebuah undangan langsung bagi Ayub, dan juga bagi kita, untuk merenungkan hikmat di balik pengaturan alam semesta.
Pertanyaan ini bukan sekadar retorika. Ia mengacu pada kemampuan luar biasa untuk merancang dan mengukur, sesuatu yang biasanya diasosiasikan dengan seorang arsitek atau insinyur yang mahir. Ketika Tuhan bertanya siapa yang menentukan "ukuran" dan "membentangkan tali pengukur", Ia sedang menyoroti presisi dan ketelitian yang luar biasa dalam penciptaan. Alam semesta, dari skala atom hingga galaksi, diatur oleh hukum-hukum yang akurat dan konsisten. Ada keseimbangan halus yang memungkinkan kehidupan berkembang, siklus alam yang berjalan teratur, dan keindahan yang tak terhingga.
Dalam konteks Ayub, pertanyaan ini memiliki makna ganda. Pertama, ia menunjukkan bahwa Ayub, meskipun menderita, tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang bagaimana alam semesta diciptakan dan dikelola. Ia tidak dapat mengklaim pengetahuan tentang prinsip-prinsip ilahi yang menggerakkan segala sesuatu. Kedua, ini adalah pengingat akan kerendahan hati. Di hadapan keagungan penciptaan, manusia hanyalah pengamat, bukan pengatur. Kemampuan kita untuk mengukur dan memahami sebagian kecil dari ciptaan sudah merupakan anugerah, apalagi untuk menentukan prinsip-prinsip dasarnya.
Simbol kecerdasan ilahi dalam mengatur segala aspek alam semesta.
Lebih jauh lagi, ayat ini mengajak kita untuk melihat keajaiban dalam hal-hal yang seringkali kita abaikan. Ukuran bintang-bintang, jarak planet, komposisi atmosfer, bahkan pola pertumbuhan tumbuhan, semuanya menunjukkan kecerdasan yang luar biasa. Tuhan tidak hanya menciptakan, tetapi Ia mengukur, menata, dan menempatkan segala sesuatu pada tempatnya yang sempurna. Ketika kita melihat ke langit malam yang bertabur bintang, atau mengagumi kerumitan seekor serangga, kita sebenarnya sedang menyaksikan bukti kedaulatan dan hikmat Sang Pencipta yang tak terbatas.
Dalam menghadapi ketidakpastian hidup, merenungkan Ayub 38:5 dapat memberikan perspektif yang menenangkan. Meskipun kita mungkin tidak memahami semua alasan di balik cobaan kita, kita dapat berpegang pada keyakinan bahwa ada Sang Pengatur yang Mahatahu dan Mahakuasa yang telah menata alam semesta dengan kesempurnaan. Kehidupan kita, seperti bintang-bintang di langit, berada dalam genggaman tangan-Nya. Oleh karena itu, respons yang paling bijaksana adalah bukan menyalahkan atau memberontak, melainkan mendekat kepada-Nya dengan rasa kagum dan kepercayaan, mengakui keagungan-Nya yang tak terduga dalam setiap detail ciptaan-Nya.