"Tentang hal-hal yang kutulis kepadamu ini, ketahuilah, di hadapan Allah, aku tidak berdusta."
Ayat Galatia 1:20 adalah pernyataan yang sangat kuat dan tegas dari Rasul Paulus. Dalam ayat ini, Paulus menegaskan integritas dan kebenaran dari apa yang dia saksikan dan tuliskan kepada jemaat di Galatia. Kata-kata "di hadapan Allah, aku tidak berdusta" bukan sekadar ungkapan biasa, melainkan sebuah sumpah dan kesaksian yang diambil di hadapan Zat Yang Maha Mengetahui. Ini menunjukkan betapa seriusnya Paulus dalam menyampaikan kebenaran Injil dan betapa pentingnya hal tersebut bagi para penerima pesannya.
Konteks dari ayat ini adalah upaya keras Paulus untuk mempertahankan kemurnian Injil. Jemaat di Galatia tampaknya sedang digoda oleh ajaran-ajaran yang memutarbalikkan Injil Kristus, yang menekankan pentingnya hukum Taurat dan sunat bagi keselamatan, selain iman kepada Yesus Kristus. Paulus, yang adalah rasul pilihan Allah, merasa terpanggil untuk meluruskan kembali pemahaman mereka dan mengembalikan mereka kepada dasar iman yang benar. Pernyataan dalam Galatia 1:20 menjadi penegasan bahwa kesaksiannya bukanlah karangan atau rekayasa, melainkan kebenaran ilahi yang diterimanya langsung dari Allah.
Keberanian Paulus dalam menyatakan kebenaran, bahkan di bawah tekanan dan penolakan, patut menjadi teladan. Ia tidak gentar menghadapi siapapun yang mencoba merusak pesan keselamatan yang telah dianugerahkan melalui Kristus. Pernyataannya adalah jaminan bahwa apa yang dia ajarkan bukan berasal dari hikmat manusia semata, melainkan wahyu dari Allah sendiri. Hal ini memberikan bobot otoritas yang luar biasa pada tulisan-tulisannya, termasuk surat kepada jemaat Galatia.
Bagi kita saat ini, Galatia 1:20 mengingatkan pentingnya menjaga kemurnian ajaran Kristus. Di tengah berbagai macam pemikiran dan ajaran yang beredar, kita dipanggil untuk bersandar pada Firman Tuhan yang adalah kebenaran. Seperti Paulus yang bersumpah demi Allah, kita pun perlu menguji setiap ajaran yang kita dengar dan baca, apakah selaras dengan kebenaran Injil yang diajarkan oleh para rasul. Kebenaran Injil Kristus adalah fondasi yang kokoh, dan tidak boleh ditawar atau diubah oleh tradisi manusia atau pandangan duniawi.
Ketika Paulus mengatakan "di hadapan Allah, aku tidak berdusta," ia sedang menyatakan kesetiaan totalnya kepada Allah dan misi yang dipercayakan kepadanya. Ini adalah bukti dari integritas spiritualnya yang tak tergoyahkan. Kita dapat belajar dari komitmen Paulus untuk berdiri teguh pada kebenaran, bahkan ketika itu sulit atau tidak populer. Pengorbanan dan penderitaannya demi menyebarkan Injil menunjukkan betapa berharganya kebenaran tersebut baginya. Oleh karena itu, Galatia 1:20 bukan hanya sekadar ayat, melainkan sebuah pengingat abadi tentang keaslian Injil dan pentingnya memperjuangkan kebenaran ilahi.