J U J I 1 4 : 7

Simbol ujian dan angka penunjuk kitab suci.

Hakim-Hakim 14:7 - Ujian Iman yang Menantang

"Lalu ia pergi ke sana dan bergaul dengan perempuan itu, dan kesukaannya kepada perempuan Filistin itu bertambah."

Pergumulan Samson yang Tersembunyi

Kisah hakim-hakim dalam Alkitab seringkali dipenuhi dengan drama, perjuangan, dan campur tangan ilahi. Salah satu tokoh yang paling menonjol adalah Simson, seorang hakim yang diberkahi dengan kekuatan luar biasa dari Allah. Namun, kekuatannya bukan tanpa batasan, dan hidupnya penuh dengan godaan dan pilihan yang sulit. Ayat Hakim-Hakim 14:7 menggambarkan sebuah momen penting dalam kehidupan Simson, ketika ia menjalin hubungan dengan seorang wanita Filistin. Bagi bangsa Israel pada masa itu, hubungan dengan bangsa asing, apalagi pernikahan, seringkali dipandang sebagai bentuk pengkhianatan terhadap perjanjian mereka dengan Allah.

Dalam konteks budaya dan keagamaan saat itu, keputusan Simson untuk "bergaul dengan perempuan itu" dan "kesukaannya bertambah" bukanlah sekadar pilihan pribadi yang sepele. Ini menyentuh ranah identitas keagamaan dan kesetiaan terhadap imannya. Bangsa Filistin adalah musuh bebuyutan Israel, dan mencampuri urusan mereka, apalagi melalui pernikahan, dapat membawa implikasi yang jauh lebih luas daripada sekadar urusan hati. Kisah ini menyoroti kompleksitas karakter Simson – seorang pilihan Allah yang ditakdirkan untuk menyelamatkan Israel, namun juga seorang manusia yang rentan terhadap daya tarik duniawi.

Makna di Balik Hubungan Simson

Ayat ini membuka pintu bagi pemahaman yang lebih dalam mengenai ujian iman. Simson berada di antara dua dunia: panggilan ilahi yang agung dan godaan pribadi yang kuat. Keputusannya untuk menjalin hubungan dengan wanita Filistin ini kemungkinan besar didorong oleh perasaan, bukan oleh hikmat ilahi atau pertimbangan rohani. "Kesukaannya bertambah" menunjukkan bahwa hubungan ini semakin menarik baginya, mungkin menawarkan pelipur lara atau pemenuhan kebutuhan emosional yang tidak ia dapatkan dari tempat lain. Namun, kita juga perlu melihatnya sebagai sebuah bentuk "ujian" yang diberikan, sengaja atau tidak, yang akan menguji kesetiaannya pada Tuhannya.

Kisah Simson mengingatkan kita bahwa bahkan orang-orang yang dipilih Allah pun tidak kebal dari godaan. Kehidupan rohani bukanlah garis lurus tanpa hambatan, melainkan sebuah perjalanan yang seringkali diwarnai dengan pergulatan. Hubungan yang dijalin Simson ini, meskipun tampak sebagai pilihan pribadi, memiliki akar yang lebih dalam terkait dengan pemeliharaan Allah atas umat-Nya. Allah mengizinkan hal ini terjadi, mungkin untuk menguji Simson, atau untuk menggunakannya sebagai bagian dari rencana-Nya yang lebih besar, bahkan melalui pilihan-pilihan yang tampaknya salah.

Refleksi untuk Kehidupan Modern

Meskipun konteksnya ribuan tahun lalu, cerita Simson dan ayat Hakim-Hakim 14:7 masih relevan bagi kita hari ini. Kita semua menghadapi ujian iman dalam berbagai bentuk. Godaan untuk mengikuti keinginan hati tanpa mempedulikan prinsip-prinsip rohani, godaan untuk berkompromi dengan nilai-nilai luhur demi kenyamanan atau kesukaan sesaat, adalah sesuatu yang sangat nyata. Pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana kita menanggapi godaan-godaan ini? Apakah kita membiarkan "kesukaan" duniawi mengalahkan panggilan Allah dalam hidup kita?

Kisah Simson, dengan segala kerumitannya, menawarkan pelajaran penting tentang kesetiaan, kelemahan manusia, dan kemahakuasaan Allah. Ia menjadi pengingat bahwa kekuatan sejati tidak hanya berasal dari fisik, tetapi juga dari keteguhan hati dan kesetiaan kepada Sang Pencipta. Memahami ayat ini berarti merenungkan bagaimana kita menjaga hubungan kita dengan Allah di tengah hiruk pikuk dunia yang penuh dengan berbagai macam daya tarik dan godaan.