Simbol Keadilan

Yohanes 19:18 - Keadilan Sang Hakim Agung

"Di situ Ia disalibkan, dan bersama-sama Dia dua orang lagi, yang seorang di sebelah sini dan yang lain di sebelah sana, dan Yesus di tengah-tengah."

Kutipan dari Injil Yohanes pasal 19 ayat 18 ini membawa kita pada momen krusial dalam sejarah keselamatan. Peristiwa penyaliban Yesus Kristus bukan sekadar sebuah eksekusi hukuman mati, melainkan sebuah momen yang sarat makna teologis dan historis. Di tengah keramaian dan teriakan massa, Sang Hakim Agung, yang tidak bersalah, menjalani sebuah pengadilan yang penuh kepalsuan dan kebencian. Namun, di balik kezaliman manusia, terdapat rencana ilahi yang agung.

Frasa "hakim hakim 19 18" mungkin terdengar sederhana, namun merujuk pada sebuah pertarungan monumental antara kebenaran dan kebohongan, antara keadilan ilahi dan ketidakadilan duniawi. Dalam konteks ini, Yesus adalah subjek utama dari ketidakadilan yang luar biasa. Ia, yang datang untuk membawa kedamaian dan kebenaran, justru harus menanggung beban dosa seluruh umat manusia. Penyaliban-Nya adalah puncak dari rangkaian pengadilan yang tidak adil, di mana Ia dituduh melakukan pelanggaran yang tidak pernah Ia lakukan.

Yohanes 19:18 menempatkan Yesus di tengah-tengah. Posisi ini memiliki makna simbolis yang mendalam. Ia bukan sekadar salah satu dari tiga orang yang dihukum mati, melainkan pusat dari segalanya. Ia adalah pusat perhatian, pusat dari penderitaan, dan yang terpenting, pusat dari rencana penebusan. Kedua orang lainnya yang disalib bersama-Nya mungkin mewakili dua sisi kemanusiaan: satu yang menolak, dan satu yang menerima anugerah keselamatan yang ditawarkan melalui pengorbanan-Nya.

Peristiwa ini juga menyoroti peran para hakim dalam sebuah sistem peradilan. Dalam cerita ini, para hakim duniawi, yang dipengaruhi oleh tekanan politik dan prasangka, justru mengabaikan kebenaran. Keputusan mereka didasarkan pada tuntutan orang banyak dan kepentingan pribadi, bukan pada standar keadilan yang murni. Sebaliknya, Yesus Kristus adalah perwujudan sejati dari keadilan. Melalui kematian-Nya di kayu salib, Ia mendamaikan manusia dengan Tuhan dan membuka jalan bagi pengampunan dosa bagi siapa pun yang percaya kepada-Nya.

Kutipan dari Yohanes 19:18 ini menginspirasi kita untuk merenungkan makna keadilan yang sesungguhnya. Keadilan ilahi jauh melampaui pengertian manusiawi yang seringkali tercemar oleh ketidaksempurnaan. Keadilan Kristus terwujud dalam kasih dan pengampunan-Nya, sebuah anugerah yang diberikan secara cuma-cuma bagi semua orang yang mau menerima-Nya. Peristiwa ini terus menjadi sumber harapan dan keyakinan bagi jutaan orang di seluruh dunia, mengingatkan kita bahwa bahkan dalam situasi ketidakadilan yang paling gelap sekalipun, ada harapan dan kemenangan melalui iman kepada Sang Hakim Agung.