"Dan karena itu orang menamai tempat itu Bokim. Di sana mereka mempersembahkan korban kepada TUHAN."
Ayat Hakim 2:5 merupakan sebuah titik penting dalam narasi Kitab Hakim, memberikan konteks historis dan spiritual yang mendalam bagi pembaca. Ayat ini mencatat sebuah peristiwa penting yang terjadi setelah bangsa Israel memasuki Tanah Perjanjian dan mulai menghadapi tantangan baru. Kata "Bokim" sendiri berasal dari akar kata Ibrani yang berarti "tangisan" atau "menangis". Penamaan tempat ini menjadi sebuah monumen permanen untuk mengingatkan bangsa Israel akan momen keinsafan dan penyesalan mereka.
Setelah kematian Yosua dan generasi para tua-tua yang menyaksikan langsung kebesaran karya Tuhan dalam membebaskan mereka dari Mesir dan membawa mereka ke tanah Kanaan, bangsa Israel mulai menyimpang. Mereka tidak sepenuhnya mengusir bangsa-bangsa Kanaan yang ada di sana, yang pada akhirnya menjadi jerat bagi mereka. Ketaatan mereka kepada Tuhan mulai merosot, dan mereka mulai mengadopsi praktik-praktik penyembahan berhala dari bangsa-bangsa sekitar. Dalam konteks ini, malaikat TUHAN turun dan menyampaikan teguran keras kepada bangsa Israel. Ayat sebelumnya menggambarkan bagaimana mereka menangis sejadi-jadinya di hadapan TUHAN atas dosa dan ketidaktaatan mereka.
Penamaan tempat tersebut menjadi "Bokim" adalah sebuah tindakan simbolis yang sangat kuat. Ini bukan sekadar nama geografis, melainkan pengingat akan konsekuensi dari pengkhianatan perjanjian mereka dengan Tuhan. Tangisan di Bokim adalah ekspresi dari kesadaran akan kesalahan mereka dan kerinduan untuk kembali kepada ketaatan. Di tempat yang sama, mereka mempersembahkan korban kepada TUHAN. Ini menunjukkan bahwa meskipun mereka telah jatuh, masih ada kesempatan untuk bertobat dan memulihkan hubungan mereka dengan Sang Pencipta. Persembahan korban melambangkan pengakuan dosa dan permohonan pengampunan.
Makna dari Hakim 2:5 melampaui sekadar peristiwa sejarah. Ayat ini berbicara kepada kita tentang pentingnya mengingat masa lalu, baik keberhasilan maupun kegagalan, untuk menavigasi masa depan. Penamaan "Bokim" berfungsi sebagai pengingat akan kerapuhan manusia dalam menjaga kesetiaan kepada Tuhan, terutama ketika godaan datang dari lingkungan sekitar. Ia mengajarkan bahwa pengakuan dosa, penyesalan yang tulus, dan persembahan korban (dalam arti yang lebih luas, yaitu hidup yang taat dan kudus) adalah langkah-langkah penting untuk pemulihan spiritual.
Kisah Bokim menekankan bahwa hubungan dengan Tuhan membutuhkan penjagaan yang konstan dan komitmen yang diperbarui. Kesalahan masa lalu, bahkan jika disertai dengan tangisan dan pengorbanan, tidak boleh dilupakan agar tidak terulang kembali. Pada akhirnya, Hakim 2:5 adalah sebuah pesan tentang rahmat Tuhan yang besar, yang selalu membuka pintu pengampunan bagi mereka yang dengan tulus bertobat dan kembali kepada-Nya, serta sebuah pengingat akan pentingnya ketaatan yang teguh dalam perjalanan iman.