"Sesudah itu ia sampai kepada tuannya, Eglon, raja Moab, yang gemuk."
Simbolisasi perjalanan seorang hakim dalam menghadapi tantangan.
Ayat Hakim-hakim 3:17 membawa kita ke dalam kisah yang penuh dengan strategi dan keberanian di tengah masa kekacauan bangsa Israel. Pada periode Hakim-hakim, bangsa Israel sering kali jatuh ke dalam dosa dan akibatnya dijajah oleh bangsa-bangsa tetangga. Ayat ini secara spesifik memperkenalkan Ehud, salah seorang hakim yang diutus Tuhan untuk membebaskan Israel dari penindasan Eglon, raja Moab. Eglon, digambarkan sebagai raja yang gemuk, menjadi simbol kekuasaan dan penindasan yang dirasakan oleh bangsa Israel.
Kisah Ehud bukanlah tentang kekuatan fisik semata, melainkan tentang kecerdikan, keberanian, dan bagaimana Tuhan dapat menggunakan individu yang paling tidak terduga untuk melaksanakan rencana-Nya. Eglon, raja Moab, telah menindas bangsa Israel selama delapan belas tahun. Keterangan mengenai "gemuk" pada raja Eglon sering kali diinterpretasikan bukan hanya sebagai deskripsi fisik, tetapi juga sebagai gambaran kerentanannya. Seseorang yang bertubuh besar mungkin memiliki mobilitas yang terbatas, yang kemudian dimanfaatkan oleh Ehud.
Ehud adalah seorang Benyamin, dan seperti yang disebutkan di ayat sebelumnya, ia kidal. Kidalitasnya ini menjadi salah satu elemen penting dalam rencananya. Ia membuat pedang bermata dua yang panjangnya sejengkal dan mengikatkannya di bawah pakaiannya pada paha kanannya, tempat yang tidak biasa dan tidak dicurigai. Inovasi ini menunjukkan bagaimana Ehud berpikir di luar kebiasaan untuk mencapai tujuannya.
Setelah menyampaikan upeti kepada Eglon, Ehud menyuruh orang-orang yang membawa upeti itu pulang, tetapi ia sendiri kembali dari dekat batu pahatan di Gilgal. Ia mendatangi Eglon dan berkata, "Ada firman rahasia daripadaku untuk tuanku, ya raja." Raja yang dikelilingi pengawalnya, menyuruh semua orang keluar. Hal ini menciptakan kesempatan baginya untuk berhadapan langsung dengan raja. Di saat itulah, Ehud mengulurkan tangan kirinya, menarik pedang dari paha kanannya, dan menikamkannya ke perut raja. Pedang itu tertancap begitu dalam hingga gagangnya ikut tenggelam bersama mata pedang, dan lemak menutupinya, karena Eglon yang gemuk.
Kematian Eglon menjadi titik balik penting. Setelah berhasil membunuh raja Moab, Ehud melarikan diri dan membunyikan sangkakala di pegunungan Efraim. Seruan ini mengumpulkan bangsa Israel untuk bangkit dan menyerbu pasukan Moab. Delapan belas tahun penindasan berakhir dengan kemenangan telak bagi Israel. Sekitar sepuluh ribu orang Moab tewas pada hari itu, dan tanah Israel mengalami kedamaian selama delapan puluh tahun. Peran Ehud sebagai hakim tidak hanya terbatas pada pembunuhan seorang tiran, tetapi juga memicu pemberontakan dan pemulihan kemerdekaan bagi bangsanya.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa kepemimpinan sejati sering kali tidak terlihat mencolok. Tuhan dapat memakai siapa saja, dengan latar belakang dan keunikan apa pun, untuk mewujudkan kehendak-Nya. Ehud, sang hakim kidal yang menggunakan kecerdikan dan keberaniannya, menjadi pahlawan yang membawa kebebasan bagi Israel. Kisah ini menjadi pengingat abadi tentang kuasa Tuhan yang bekerja melalui umat-Nya, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun.