"Kutuklah Meroz," kata malaikat TUHAN, "kutuklah penduduknya berulang-ulang, karena mereka tidak datang membantu TUHAN, tidak membantu TUHAN melawan para pahlawan."
Ayat ini dari Kitab Hakim-hakim, pasal 5, ayat 23, adalah sebuah kutukan yang diucapkan oleh malaikat TUHAN terhadap kota Meroz. Pesan ini disampaikan dalam konteks Ratapan Debora, sebuah nyanyian kemenangan setelah pertempuran melawan bangsa Kanaan yang dipimpin oleh Sisera. Nyanyian ini memuji mereka yang berjuang dan mengutuk mereka yang berpangku tangan.
Dalam kisah ini, penduduk Meroz adalah orang-orang yang seharusnya memberikan dukungan kepada bangsa Israel dalam perjuangan mereka. Namun, mereka memilih untuk tidak berpartisipasi. Pilihan ini dilihat sebagai bentuk ketidakpedulian terhadap panggilan ilahi dan pengabaian terhadap saudara-saudara mereka yang sedang menghadapi ancaman besar. Malaikat TUHAN, sebagai utusan ilahi, mengumumkan konsekuensi dari ketidaksetiaan ini, yaitu kutukan yang ditujukan kepada kota dan penduduknya.
Kutukan terhadap Meroz bukan sekadar hukuman, melainkan juga sebuah pengajaran. Ia menekankan pentingnya keberanian, kesetiaan, dan partisipasi aktif dalam menghadapi kejahatan dan ketidakadilan. Ayat ini mengajarkan bahwa ada kalanya kita dipanggil untuk bertindak, bukan hanya sebagai penonton pasif. Sikap apatis atau masa bodoh ketika panggilan untuk kebaikan itu ada, bisa berakibat fatal, baik secara rohani maupun sosial.
Peristiwa ini relevan hingga kini. Kita sering dihadapkan pada situasi yang memerlukan keberanian untuk bersuara membela yang benar, untuk berdiri bersama mereka yang tertindas, atau untuk memberikan kontribusi sekecil apapun demi kebaikan bersama. Kegagalan untuk merespon panggilan tersebut, mirip dengan sikap Meroz, dapat membawa konsekuensi yang tidak diinginkan. Ayat Hakim-hakim 5:23 menjadi pengingat yang kuat bahwa setiap orang memiliki peran, dan memilih untuk tidak berperan bisa sama berbahayanya dengan melakukan kesalahan.
Kisah ini juga menyoroti sifat keadilan ilahi yang tidak mentolerir ketidakpedulian ketika menghadapi perjuangan melawan kejahatan. TUHAN memperjuangkan umat-Nya, dan mereka yang menolak untuk ambil bagian dalam perjuangan tersebut akan dihadapkan pada konsekuensi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu mawas diri, bertanya pada diri sendiri apakah kita sudah menjawab panggilan ilahi dalam kehidupan kita, dan apakah kita telah memberikan kontribusi yang berarti bagi dunia di sekitar kita.
Hakim hakim 5 23 mengingatkan kita akan tanggung jawab moral dan spiritual yang melekat pada setiap individu. Keputusan untuk membantu atau tidak membantu, untuk bersuara atau diam, memiliki dampak yang jauh lebih besar dari yang kita bayangkan. Semoga kita senantiasa menjadi bagian dari mereka yang aktif memperjuangkan kebaikan dan keadilan, bukan seperti Meroz yang hanya menyaksikan dari kejauhan.