"Dan apabila ia meniup sangkakala, ketika kamu mendengar bunyi sangkakala itu, maka haruslah kamu bersorak-sorai dengan sorak yang hebat, maka tembok kota itu akan runtuh di tempatnya, dan setiap orang harus maju ke depan."
Ayat dari Yosua 6:9 mengisahkan tentang sebuah instruksi ilahi yang unik dan tampaknya tidak masuk akal. Bangsa Israel, di bawah kepemimpinan Yosua, diperintahkan untuk mengepung kota Yerikho. Yerikho adalah kota yang kuat dengan tembok-tembok kokoh yang menjulang tinggi, dianggap sebagai benteng yang tak tertembus. Namun, Tuhan memiliki cara yang berbeda untuk memberikan kemenangan kepada umat-Nya. Perintah tersebut bukanlah untuk menyerang dengan strategi militer konvensional, melainkan sebuah ritual yang penuh dengan makna iman.
Setiap hari selama tujuh hari, bangsa Israel diperintahkan untuk mengelilingi kota itu satu kali. Pasukan orang bersenjata berjalan di depan, diikuti oleh tujuh imam yang membawa tujuh sangkakala tanduk domba (shofar), dan di belakang mereka berjalan umat selebihnya. Ini adalah gambaran yang luar biasa: bukan pedang dan tombak yang menjadi fokus utama, melainkan bunyi sangkakala dan kesetiaan untuk mengikuti perintah Tuhan. Keheningan mereka selama mengepung kota menunjukkan kontrol diri dan penyerahan total kepada pimpinan ilahi.
Namun, pada hari ketujuh, instruksinya sedikit berubah. Mereka diperintahkan untuk mengelilingi kota itu sebanyak tujuh kali, dan setelah yang ketujuh kalinya, para imam meniup sangkakala dengan nyaring. Di sinilah titik krusialnya, sebagaimana ditegaskan dalam Yosua 6:9: "Dan apabila ia meniup sangkakala, ketika kamu mendengar bunyi sangkakala itu, maka haruslah kamu bersorak-sorai dengan sorak yang hebat, maka tembok kota itu akan runtuh di tempatnya, dan setiap orang harus maju ke depan." Sorak-sorai yang "hebat" ini bukanlah sekadar teriakan kegembiraan, melainkan ungkapan iman yang diperkuat oleh bunyi sangkakala. Ini adalah deklarasi kemenangan yang dipercayai sebelum tembok itu runtuh.
Kisah Yerikho mengajarkan kita tentang pentingnya ketaatan mutlak kepada Tuhan, bahkan ketika perintah-Nya bertentangan dengan logika manusia. Kemenangan bukanlah berasal dari kekuatan senjata Israel, melainkan dari kuasa Tuhan yang bekerja melalui iman dan ketaatan mereka. Tembok Yerikho yang kokoh runtuh bukan karena kekuatan fisik, tetapi karena Tuhan berkehendak demikian sebagai respons terhadap umat-Nya yang percaya dan taat. Ayat Yosua 6:9 menjadi pengingat bahwa di dalam iman dan ketaatan, Tuhan sanggup melakukan hal-hal yang luar biasa, meruntuhkan tembok-tembok yang tampaknya mustahil untuk dihancurkan dalam hidup kita. Ini adalah janji kemenangan yang didasarkan pada hubungan vertikal dengan Sang Pencipta.