Hakim-Hakim 6:38

"Dan terjadilah, ketika ia pergi ke sana, ia menggali lubang di tanah, dan ia menyuruh kambing jantan muda itu merendam wol di dalam lubang, dan ia menaruh air di dalam lubang itu."

Kisah keberanian dan iman Gideon yang tercatat dalam Kitab Hakim-Hakim merupakan salah satu narasi paling inspiratif dalam Alkitab. Ayat 38 dari pasal 6, yang berbunyi, "Dan terjadilah, ketika ia pergi ke sana, ia menggali lubang di tanah, dan ia menyuruh kambing jantan muda itu merendam wol di dalam lubang, dan ia menaruh air di dalam lubang itu," mungkin terdengar seperti detail yang agak tidak biasa dalam sebuah kisah pertempuran. Namun, di balik tindakan sederhana Gideon ini, tersimpan sebuah strategi ilahi yang jenius dan penuh makna, yang menunjukkan kedalaman imannya dalam menghadapi tantangan yang tampaknya mustahil.

Gideon, seorang Israel yang pada awalnya hidup dalam ketakutan dan penindasan di bawah kekuasaan bangsa Midian, dipanggil oleh Allah untuk menjadi penyelamat umat-Nya. Namun, keraguan Gideon sangat besar. Ia merasa dirinya tidak cukup kuat, tidak cukup berarti, dan membutuhkan kepastian mutlak dari Tuhan. Puncaknya adalah permintaan Gideon akan tanda, yaitu percobaan dengan guguran embun yang akan membedakan antara tanah yang basah dan wol yang kering, atau sebaliknya. Permintaan ini, yang diilustrasikan dalam ayat 38, adalah bukti dari pergulatan iman Gideon dan ketergantungannya pada penegasan dari Yang Mahakuasa.

Tindakan Gideon menggali lubang dan merendam wol menunjukkan betapa seriusnya ia memperlakukan panggilan Tuhan. Ia tidak hanya meminta tanda, tetapi juga mempersiapkan sebuah metode eksperimental yang spesifik. Menggali lubang di tanah dan menaruh air di dalamnya, lalu merendam wol, adalah sebuah persiapan yang cermat untuk menguji kehendak Tuhan. Wol, yang dikenal sebagai bahan penyerap, akan menjadi indikator kelembapan yang jelas. Gideon menginginkan bukti yang tidak dapat disangkal, sebuah pemisahan yang jelas antara apa yang disebabkan oleh alam dan apa yang ditunjukkan oleh intervensi ilahi.

Kisah ini mengingatkan kita bahwa iman seringkali berjalan seiring dengan keraguan dan kebutuhan akan kepastian. Gideon, meskipun dipilih oleh Tuhan, tetaplah manusia yang memiliki ketakutan dan kelemahan. Namun, respon Tuhan terhadap Gideon bukan dengan mencela, melainkan dengan memberikan tanda yang diminta. Ini menunjukkan kasih karunia Allah yang luar biasa, yang bersedia bekerja melalui keraguan manusia untuk membangun kepercayaan diri dan keberanian.

Pengalaman Gideon dengan guguran embun yang ajaib menjadi titik balik dalam hidupnya. Setelah menerima tanda yang memuaskan imannya, Gideon menjadi semakin berani dan yakin dalam perannya sebagai pemimpin. Ia kemudian memimpin tentara Israel yang berjumlah jauh lebih sedikit melawan pasukan Midian yang besar, dan dengan pertolongan Tuhan, mereka meraih kemenangan yang luar biasa. Ayat ini menjadi pengingat bahwa Allah seringkali bekerja melalui cara-cara yang tidak terduga dan sederhana untuk menunjukkan kuasa-Nya dan meneguhkan iman umat-Nya. Percobaan Gideon adalah fondasi bagi keberaniannya.