Ibrani 7:12

"Sebab bilamana telah diubah imamatnya, maka tak dapat tidak harus diubah juga hukumnya."

Ayat Ibrani 7:12 merupakan salah satu kunci penting dalam memahami transisi dari sistem imamat keimaman Harun kepada imamat Yesus Kristus. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa perubahan pada sistem keimaman secara otomatis membawa perubahan pada hukum yang mengaturnya. Ini bukan sekadar penggantian ritual, melainkan pergeseran fundamental dalam cara umat manusia berinteraksi dengan Tuhan.

Dalam Perjanjian Lama, imamat dipimpin oleh keturunan Harun dari suku Lewi. Hukum Taurat menetapkan berbagai aturan dan ritual yang harus dijalankan oleh para imam ini untuk mempersembahkan korban bagi penebusan dosa bangsa Israel. Sistem ini memiliki kelemahan inheren karena para imam itu sendiri adalah manusia berdosa yang membutuhkan pengampunan. Mereka tidak dapat secara permanen menghapus dosa melalui korban yang berulang kali dipersembahkan.

Namun, kedatangan Yesus Kristus membawa perubahan radikal. Berdasarkan nubuat dalam Mazmur, Dia bukan berasal dari suku Lewi, melainkan dari suku Yehuda. Hal ini sangat penting karena menandakan bahwa Dia tidak masuk dalam sistem imamat yang lama. Ibrani 7:11 menjelaskan bahwa jika keimaman yang sempurna dapat dicapai melalui keimaman Lewi, mengapa perlu diangkat seorang imam lain menurut peraturan Melkisedek, dan bukan menurut peraturan Harun?

Perubahan imamat ini, seperti yang ditegaskan dalam Ibrani 7:12, berarti hukumnya pun harus berubah. Hukum yang lama, yang berfokus pada korban binatang dan ritual penyucian lahiriah, digantikan oleh hukum baru. Hukum baru ini berpusat pada pengorbanan sempurna dan sekali untuk selamanya dari Yesus di kayu salib. Darah-Nya yang mahal menjadi tebusan yang mempersatukan manusia dengan Tuhan secara permanen.

Yesus Kristus menjadi Imam Besar Agung kita, yang melayani dalam Bait Suci yang bukan buatan tangan manusia, yaitu di surga sendiri. Dia memahami kelemahan kita karena Dia sendiri telah mengalami pencobaan dalam segala hal, namun tanpa dosa. Oleh karena itu, Dia menjadi perantara yang layak dan penuh kasih antara Tuhan dan manusia. Pengorbanan-Nya bukan hanya membebaskan kita dari hukuman dosa, tetapi juga memberikan kuasa untuk hidup dalam kekudusan dan memiliki akses langsung kepada Tuhan.

Perubahan hukum ini juga berarti bahwa kita tidak lagi terikat pada hukum Taurat dalam arti yang sama. Kasih karunia dan iman menjadi prinsip utama dalam hubungan kita dengan Tuhan. Perjanjian Baru yang dimeteraikan melalui darah Kristus menawarkan pengampunan dosa yang menyeluruh dan hubungan yang intim dengan Sang Pencipta. Ibrani 7:12 mengingatkan kita bahwa dasar spiritual kita telah bergeser secara fundamental, dari sebuah sistem yang memerlukan persembahan yang berulang-ulang, kepada sebuah realitas penebusan yang telah tuntas melalui karya Kristus. Ini adalah pemahaman yang mendalam tentang anugerah dan keunggulan Kristus sebagai Imam Besar kita.

Imamat Baru Yesus Kristus Pengorbanan Sempurna Akses Langsung ke Tuhan