"Demikianlah Yesus menjadi indah karena perjanjian itu menjadi lebih kekal daripada perjanjian yang pertama."
Ayat Ibrani 7:22 merupakan penekanan krusial dalam argumen penulis Kitab Ibrani mengenai keunggulan Yesus Kristus sebagai Imam Besar dan perantara perjanjian baru. Frasa "Demikianlah Yesus menjadi indah karena perjanjian itu menjadi lebih kekal daripada perjanjian yang pertama" bukan sekadar pernyataan teologis, melainkan sebuah kesimpulan yang kuat tentang signifikansi Kristus dalam rencana keselamatan Allah. Perjanjian pertama, yang dijalin melalui Musa di Gunung Sinai, memiliki dasar hukum Taurat dan pengorbanan binatang yang berulang kali diperlukan. Perjanjian ini adalah bayangan dari realitas yang lebih besar, sebuah pengantar yang mempersiapkan umat Allah untuk kedatangan Sang Penggenap.
Sebaliknya, perjanjian yang baru, yang diresmikan melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib, memiliki sifat yang berbeda dan superior. Keindahan Yesus, sebagaimana diungkapkan dalam ayat ini, terletak pada fakta bahwa Ia adalah jaminan (guarantor) dari perjanjian yang lebih unggul ini. Kata "indah" di sini tidak merujuk pada penampilan fisik, tetapi pada kapasitas dan keefektifan-Nya sebagai perantara. Ia bukan sekadar imam, tetapi Ia adalah Imam yang sempurna, yang pengorbanan-Nya sekali untuk selamanya telah memulihkan hubungan manusia dengan Allah.
Penekanan pada "lebih kekal" menandakan bahwa perjanjian yang dijamin oleh Kristus tidak memiliki batas waktu seperti perjanjian yang pertama. Perjanjian Taurat memerlukan kepatuhan terus-menerus dan pengorbanan berulang untuk mengatasi dosa. Namun, pengorbanan Kristus bersifat final dan mencakup semua dosa. Dosa-dosa orang percaya dihapuskan secara total melalui darah-Nya. Hal ini memberikan kepastian keselamatan yang tidak dapat ditandingi oleh sistem keimaman dan pengorbanan Perjanjian Lama. Perjanjian baru bukan hanya tentang pembebasan dari hukuman dosa, tetapi juga tentang pemberian hidup baru dan hubungan yang intim dengan Allah.
Keberadaan Yesus sebagai Imamat Melkisedek, sebagaimana dibahas dalam pasal-pasal sebelumnya, semakin memperkuat klaim keunggulan ini. Imamat-Nya melampaui imamat Lewi yang terikat pada keturunan dan hukum. Kristus adalah Imam Besar yang kekal, yang berarti kuasa dan keefektifan imamat-Nya juga kekal. Hal ini memberikan landasan yang kokoh bagi iman orang percaya, di mana mereka dapat memiliki keyakinan penuh akan pengampunan dan penerimaan di hadapan Allah, bukan karena usaha mereka sendiri, melainkan karena karya penebusan Kristus yang sempurna.
Oleh karena itu, memahami Ibrani 7:22 berarti mengerti esensi iman Kristen: keselamatan bukan bergantung pada kemampuan manusia untuk memenuhi standar hukum yang sempurna, tetapi pada karya sempurna dari Sang Juruselamat yang telah menjamin perjanjian yang lebih kekal dan lebih baik bagi umat-Nya. Yesus Kristus adalah fondasi yang teguh, memberikan harapan dan kepastian yang tidak akan pernah goyah.