Ayat Ibrani 7:5 membawa kita pada pemahaman mendalam mengenai tatanan imamat dalam Perjanjian Lama, khususnya kaitannya dengan suku Lewi dan persepuluhan. Dalam konteks ini, penulis Surat Ibrani secara cerdik menggunakan contoh ini untuk membandingkan dan meninggikan imamat Kristus yang baru, yang didasarkan pada Melkisedek. Ayat ini menegaskan sebuah fakta historis dan hukum di bawah Perjanjian Lama: bahwa para imam yang berasal dari keturunan Lewi memiliki otoritas dan kewajiban untuk menerima persepuluhan dari sesama orang Israel, bahkan mereka yang juga memiliki hubungan leluhur dengan Abraham.
Persepuluhan, sebagai sistem perpuluhan dari hasil panen dan ternak, adalah bentuk pemberian yang signifikan dalam kehidupan spiritual dan material bangsa Israel. Hal ini bukan sekadar kewajiban finansial, tetapi juga manifestasi penyerahan diri kepada Tuhan dan pengakuan atas kedaulatan-Nya atas segala sesuatu. Para imam Lewi, yang ditugaskan untuk melayani di Kemah Suci dan kemudian di Bait Suci, bergantung pada persepuluhan ini untuk menopang kehidupan mereka dan pekerjaan pelayanan mereka. Mereka tidak diberikan bagian tanah warisan seperti suku-suku lain, karena seluruh hidup mereka didedikasikan untuk pekerjaan Tuhan.
Yang menarik dari ayat ini adalah penekanan pada fakta bahwa para penerima persepuluhan, yaitu para imam Lewi, memungutnya dari "saudara-saudara mereka, sekalipun mereka ini juga keturunan Abraham." Ini menyoroti prinsip kesetaraan di hadapan Tuhan, meskipun ada pembagian peran. Abraham adalah leluhur bersama dari seluruh bangsa Israel. Dari Abraham lahir Ishak, dari Ishak lahir Yakub (yang memiliki dua belas anak yang menjadi leluhur kedua belas suku Israel, termasuk Lewi). Jadi, secara garis keturunan, semua orang Israel adalah bagian dari keturunan Abraham. Namun, Tuhan menetapkan tatanan khusus melalui Lewi untuk melayani sebagai imamat.
Penulis Surat Ibrani menggunakan poin ini sebagai landasan untuk argumennya yang lebih besar. Jika bahkan imamat Lewi yang lebih rendah – yang menerima persepuluhan dari sesama keturunan Abraham – telah diberikan otoritas oleh Tuhan melalui hukum Taurat, betapa lebih tingginya lagi Kristus yang menjadi Imam Besar Agung. Kristus, yang melayani menurut tatanan imamat Melkisedek, bukanlah dari keturunan Lewi, tetapi dari suku Yehuda. Melkisedek sendiri digambarkan dalam Kejadian sebagai raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi, yang menerima persepuluhan dari Abraham. Ini menunjukkan bahwa imamat Melkisedek lebih tua dan lebih tinggi daripada imamat Lewi.
Dengan demikian, Ibrani 7:5 berfungsi sebagai jembatan konseptual. Ia menegaskan tatanan yang sudah mapan dalam Perjanjian Lama untuk kemudian menunjukkan bagaimana tatanan itu sendiri memiliki keterbatasan dan akan digantikan oleh sesuatu yang lebih sempurna. Berkat yang diperantarai melalui imamat Lewi, meskipun penting, tidaklah final. Kristus, sebagai Imam Besar kita, menawarkan berkat yang jauh lebih kekal dan sempurna, melalui pengorbanan diri-Nya sekali untuk selamanya, yang lebih unggul dari semua persembahan dan imamat Perjanjian Lama. Pemahaman tentang ayat ini membuka mata kita pada kebesaran dan keunikan imamat Kristus yang membawa kita kepada pendamaian kekal dengan Allah.