Ibrani 7:28

"Sebab hukum Taurat mengangkat manusia menjadi imam besar yang lemah, tetapi firman sumpah, yang diucapkan sesudah hukum Taurat, mengangkat Anak menjadi Imam Besar yang sempurna, yang telah ditetapkan menjadi abadi."

Kitab Ibrani merupakan salah satu kitab yang kaya akan teologi mendalam dalam Perjanjian Baru. Di antara banyak permata yang ditawarkannya, Ibrani 7:28 menonjol sebagai pernyataan fundamental mengenai keimamatan Yesus Kristus. Ayat ini tidak hanya memberikan perspektif baru tentang peran Kristus, tetapi juga menegaskan superioritas-Nya atas sistem keimamatan Perjanjian Lama.

Memahami Konteks: Hukum Taurat dan Keimamatan

Sebelum menyelami makna Ibrani 7:28, penting untuk memahami konteksnya. Hukum Taurat, yang diberikan melalui Musa, mengatur berbagai aspek kehidupan bangsa Israel, termasuk sistem keimamatan. Imam besar yang ditunjuk berdasarkan hukum Taurat dipilih dari antara manusia yang memiliki kelemahan. Mereka harus terus-menerus mempersembahkan korban penghapus dosa, baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk bangsa, karena mereka juga adalah manusia berdosa yang tunduk pada kematian. Sistem ini, meskipun penting untuk menyoroti dosa dan kebutuhan akan penebusan, pada dasarnya bersifat sementara dan terus-menerus mengingatkan akan ketidaksempurnaan.

Keunggulan Keimamatan Kristus

Ibrani 7:28 secara tegas menyatakan, "Sebab hukum Taurat mengangkat manusia menjadi imam besar yang lemah, tetapi firman sumpah, yang diucapkan sesudah hukum Taurat, mengangkat Anak menjadi Imam Besar yang sempurna, yang telah ditetapkan menjadi abadi." Ayat ini menawarkan kontras yang tajam antara keimamatan Lewi dan keimamatan Kristus.

Pertama, Kristus diangkat menjadi Imam Besar bukan berdasarkan hukum Taurat, melainkan berdasarkan "firman sumpah." Ini merujuk pada janji Tuhan dalam Mazmur 110:4: "TUHAN telah bersumpah dan tidak akan menarik kembali: 'Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.'" Sumpah ilahi ini memberikan otoritas dan kepastian yang tidak dimiliki oleh penetapan keimamatan Lewi.

Kedua, dan yang paling penting, Kristus adalah "Anak." Kualitas keilahian-Nya membedakan-Nya dari imam-imam manusiawi. Ia tidak memiliki kelemahan inheren yang dimiliki oleh manusia. Ini berarti bahwa korban yang dipersembahkan oleh Imam Besar yang sempurna ini memiliki nilai yang jauh lebih besar dan bersifat final.

Ketiga, Kristus digambarkan sebagai "sempurna" dan "ditetapkan menjadi abadi." Kelemahan imam-imam Perjanjian Lama berarti mereka terus-menerus membutuhkan korban baru. Namun, Yesus, karena kesempurnaan-Nya dan kematian-Nya yang menjadi penebusan terakhir, tidak perlu mempersembahkan korban lagi. Keimamatan-Nya bersifat kekal. Ia hidup untuk selamanya, mampu menyelamatkan sepenuhnya orang-orang yang mendekat kepada Allah melalui Dia (Ibrani 7:25).

Implikasi Bagi Iman Kita

Ibrani 7:28 memiliki implikasi yang luar biasa bagi kehidupan rohani setiap orang percaya. Kebenaran ini memberikan fondasi yang kokoh bagi iman kita:

Dengan demikian, Ibrani 7:28 bukan sekadar ayat teologis; ia adalah jangkar bagi jiwa kita. Ia mengingatkan kita akan pribadi Yesus Kristus yang unik, peran-Nya yang mulia, dan kasih karunia yang melimpah yang Ia tawarkan kepada dunia.