Ayat Imamat 16:13 adalah bagian dari instruksi rinci yang diberikan oleh TUHAN kepada Musa mengenai upacara Hari Pendamaian (Yom Kippur). Hari ini merupakan momen paling suci dalam kalender Israel, di mana imam besar melakukan ritual penebusan dosa untuk seluruh umat.
Fokus utama dari ayat ini adalah tindakan imam besar dalam membubuhkan dupa. Kata "membubung dupa" secara harfiah berarti membakar dupa. Dupa ini bukan sekadar wangi-wangian, tetapi memiliki makna simbolis yang mendalam. Dupa yang dibakar di hadapan TUHAN berfungsi untuk menciptakan awan asap yang tebal.
Mengapa awan asap ini penting? Imamat 16:13 menjelaskan bahwa awan asap dupa itu harus menutupi "tudung Selamat Syukur" (disebut juga Tabut Perjanjian atau Tabut Perjanjian Allah) yang berada di tempat maha kudus. Kehadiran TUHAN digambarkan sangat kudus dan tak dapat dilihat langsung oleh mata manusia berdosa tanpa konsekuensi yang mengerikan. Tabut Perjanjian, yang berisi loh batu Sepuluh Perintah Allah, adalah simbol kehadiran Allah di antara umat-Nya.
Tudung Selamat Syukur itu sendiri, yang dikenal sebagai *kapporet* dalam bahasa Ibrani, adalah penutup emas dari Tabut Perjanjian yang di atasnya terdapat dua kerubim yang saling berhadapan. Di sinilah TUHAN berdiam secara simbolis. Imam besar diperintahkan untuk mengisi ruang di sekitarnya dengan asap dupa untuk mencegah kematian seketika. Kematian adalah hukuman yang pantas bagi siapa pun yang melihat kemuliaan Allah secara langsung dalam keadaan berdosa.
Ayat ini menekankan pentingnya penghalang antara kekudusan Allah dan ketidaksempurnaan manusia. Dupa menjadi representasi doa dan ibadah yang naik kepada Allah, serta permohonan pengampunan. Tanpa perlindungan asap dupa, imam besar (dan secara implisit, seluruh umat yang diwakilinya) akan binasa di hadapan kekudusan ilahi. Ini menunjukkan betapa besar jurang pemisah dosa antara manusia dan Allah.
Lebih dari sekadar ritual, Imamat 16:13 mengungkapkan kebenaran teologis yang fundamental. Ia menunjuk pada kebutuhan akan pendamaian. Imam besar, melalui perantaraan yang ditunjukkan oleh TUHAN sendiri, melakukan tindakan yang memungkinkan akses kepada Allah, meskipun terbatas dan terlindungi. Ini adalah gambaran awal dari cara Allah menyediakan jalan bagi umat-Nya untuk mendekat kembali kepada-Nya.
Dalam konteks Kristen, Imamat 16 dan upacara Hari Pendamaian ini seringkali dipandang sebagai bayangan dari karya Kristus. Yesus Kristus, sebagai Imam Besar Agung, masuk ke tempat maha kudus di surga untuk mempersembahkan darah-Nya sendiri sebagai penebusan kekal bagi dosa-dosa kita. Darah-Nya menjadi pendamaian, dan melalui iman kepada-Nya, kita memiliki akses kepada Bapa di surga tanpa perlu lagi awan asap dupa untuk melindungi kita dari kematian.
Jadi, ketika kita merenungkan Imamat 16:13, kita melihat gambaran tentang kekudusan Allah yang luar biasa, beratnya dosa manusia, dan penyediaan ilahi akan jalan keselamatan melalui pengorbanan yang diwakilinya. Ini adalah pengingat akan betapa berharganya anugerah yang diberikan kepada kita, yang memungkinkan kita untuk berdiri di hadapan Allah dengan hati yang bersih dan rasa syukur yang mendalam.