Kudus

Imamat 18:28 - Peringatan Tanah

"supaya tanah itu tidak memuntahkan kamu, apabila kamu mencemarinya, seperti tanah itu memuntahkan orang-orang bangsa ini yang sebelumnya kamu."

Ayat ini, yang terambil dari Kitab Imamat pasal 18, membawa sebuah peringatan serius dari Allah kepada bangsa Israel. Perintah-perintah yang diberikan sebelumnya dalam pasal ini berkaitan erat dengan menjaga kekudusan dan membedakan diri dari praktik-praktik bangsa Kanaan yang sesat dan penuh kecemaran. Imamat 18:28 secara spesifik menggarisbawahi konsekuensi serius dari ketidaktaatan terhadap firman Tuhan, yaitu pengusiran dari tanah perjanjian.

Bangsa Israel diperintahkan untuk tidak meniru "kebiasaan yang keji" dari bangsa-bangsa lain yang mendiami Tanah Perjanjian sebelum kedatangan mereka. Ini mencakup berbagai macam bentuk penyembahan berhala, praktik-praktik seksual yang tidak lazim, dan tindakan-tindakan lain yang dianggap najis di mata Tuhan. Fokus utama adalah agar mereka hidup terpisah, kudus, dan berkenan di hadapan Allah yang telah memanggil mereka keluar dari Mesir. Tanah Kanaan sendiri, yang akan mereka duduki, adalah tanah yang telah "dicemari" oleh dosa-dosanya. Allah tidak ingin bangsa-Nya ikut larut dalam kecemaran tersebut.

Makna Tanah Perjanjian dan Kekudusan

Konsep "tanah" dalam Perjanjian Lama seringkali lebih dari sekadar wilayah geografis. Tanah itu adalah simbol berkat dan kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Ketika Allah memberikan tanah kepada Abraham dan keturunannya, itu adalah janji pemenuhan dan tempat di mana mereka bisa beribadah dan hidup sesuai dengan hukum-Nya. Namun, tanah itu juga memiliki "hak" ilahi. Allah adalah pemilik utama dari tanah itu, dan bangsa Israel hanyalah pengurusnya. Oleh karena itu, jika mereka mencemarkan tanah itu dengan dosa dan ketidaktaatan, mereka kehilangan hak untuk mendiaminya.

Peringatan dalam Imamat 18:28 adalah cerminan dari prinsip ilahi yang kekal: Allah itu kudus, dan semua yang berhubungan dengan-Nya atau yang hidup di dalam wilayah-Nya harus mencerminkan kekudusan-Nya. Dosa tidak hanya merusak individu, tetapi juga dapat memiliki konsekuensi komunal dan bahkan mempengaruhi lingkungan atau tanah tempat umat Allah berdiam. Pengusiran dari tanah bukan hanya hukuman fisik, tetapi juga simbol kehilangan berkat, perlindungan, dan kehadiran Allah.

Relevansi Masa Kini

Meskipun konteks Imamat 18:28 berkaitan erat dengan bangsa Israel dan tanah Kanaan, prinsipnya tetap relevan bagi orang percaya saat ini. Gereja, sebagai "umat Allah" yang baru, dipanggil untuk hidup dalam kekudusan dan memisahkan diri dari dunia yang cemar. Kita dipanggil untuk menjadi garam dan terang, bukan untuk larut dalam kegelapan atau korupsi. Konsekuensi dosa dalam kehidupan pribadi dan komunitas orang percaya bisa berupa kehilangan kedamaian, sukacita, kesaksian yang efektif, atau rasa kehadiran Allah yang kuat.

Memahami Imamat 18:28 mengajarkan kita pentingnya menjaga hati dan pikiran kita dari pengaruh-pengaruh yang tidak kudus. Ini juga mengingatkan kita bahwa ketaatan kepada firman Tuhan membawa berkat dan kelimpahan hidup, sementara ketidaktaatan selalu berakhir pada kehancuran. Dengan meneladani gaya hidup yang kudus, kita tidak hanya menjaga diri kita sendiri tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan komunitas di sekitar kita, sebagai representasi Kerajaan Allah di bumi.