"Dan ketika Ia berfirman kepadaku, masuklah Roh ke dalam diriku dan menegakkan aku, lalu aku mendengar Dia yang berfirman kepadaku."
Ayat Yehezkiel 2:2 merupakan momen krusial dalam narasi kehidupan nabi Yehezkiel. Ayat ini tidak hanya mencatat sebuah pengalaman supranatural, tetapi juga menandai titik balik dalam pemanggilan dan penugasan ilahi yang diberikan kepadanya. Di tengah situasi yang penuh ketidakpastian dan keterasingan, Yehezkiel merasakan kehadiran Tuhan yang mendalam dan kekuatan yang luar biasa.
Pengalaman Yehezkiel terjadi ketika ia berada dalam pembuangan di Babel. Lingkungan yang asing, jauh dari tanah air dan Bait Suci, tentu saja menciptakan perasaan putus asa dan kehilangan. Namun, justru di sanalah, di tengah keterpurukan, Tuhan memilih untuk menyatakan diri-Nya dan memberikan tugas kepada umat pilihan-Nya. Kata-kata "Dan ketika Ia berfirman kepadaku, masuklah Roh ke dalam diriku dan menegakkan aku..." menunjukkan bahwa firman Tuhan bukan sekadar bunyi atau informasi, melainkan suatu kekuatan yang transformatif.
Masuknya Roh Tuhan ke dalam diri Yehezkiel adalah inti dari pengalaman ini. Roh Kudus di sini digambarkan sebagai kekuatan yang aktif, yang tidak hanya memberikan pemahaman tetapi juga kemampuan untuk bangkit dan berdiri. Dalam konteks kuno, berdiri sering kali melambangkan kesiapan, penerimaan tugas, dan kemampuan untuk menghadapi apa pun yang akan datang. Bagi Yehezkiel, yang mungkin merasa lemah dan patah semangat karena situasi pembuangannya, Roh Tuhan memberinya kekuatan baru untuk menerima panggilan-Nya.
Kemudian, frasa "...lalu aku mendengar Dia yang berfirman kepadaku" menegaskan bahwa pengalaman ini disertai dengan komunikasi ilahi yang jelas. Tuhan berbicara kepada Yehezkiel, memberikan instruksi dan pesan yang harus disampaikannya kepada bangsa Israel. Ini bukanlah visi pasif semata, melainkan sebuah dialog yang mempersiapkan nabi untuk perannya yang berat.
Yehezkiel 2:2 mengajarkan kita bahwa panggilan ilahi sering kali datang di saat-saat tergelap. Ketika kita merasa paling lemah, paling tidak berdaya, atau paling terasing, justru saat itulah Tuhan dapat bekerja dengan cara-cara yang paling luar biasa. Roh-Nya dapat masuk, menegakkan kita, dan memberikan kekuatan untuk mendengar serta melaksanakan kehendak-Nya. Ini adalah janji yang menghibur bagi setiap orang yang sedang bergumul dengan tantangan hidup, yang merasa belum siap atau tidak mampu memikul beban yang diberikan.
Pelajaran penting lainnya adalah tentang sifat firman Tuhan. Firman Tuhan bukanlah sekadar kata-kata di atas kertas, melainkan memiliki kekuatan untuk mengubah hidup. Ketika kita membuka hati dan pikiran untuk firman-Nya, Roh Kudus dapat bekerja di dalam diri kita, memberikan pencerahan, kekuatan, dan keberanian untuk merespons panggilan-Nya. Peran Yehezkiel sebagai nabi di pembuangan bukanlah tugas yang ringan; ia harus menyampaikan pesan Tuhan yang sering kali mengandung teguran dan peringatan. Namun, dengan peneguhan dari Roh Tuhan, ia mampu menjalankan misinya.
Oleh karena itu, Yehezkiel 2:2 menjadi pengingat abadi akan kuasa dan kasih Tuhan yang selalu hadir untuk membangkitkan, menguatkan, dan menuntun umat-Nya dalam setiap keadaan. Ini adalah seruan untuk terus berharap dan percaya, bahkan ketika segala sesuatu tampak kelam, karena Tuhan selalu siap untuk berbicara dan menegakkan kita.