"Persembahan halus tepungnya kau persembahkan sebagai korban bakaran kepada TUHAN; kau taburkan minyak di atasnya dan kau taruh kemenyan di atasnya."
Kitab Imamat merupakan kitab dalam Alkitab Perjanjian Lama yang berisi berbagai peraturan dan hukum keagamaan yang diberikan Tuhan kepada bangsa Israel melalui Musa. Salah satu bagian terpenting dari Imamat adalah mengenai sistem persembahan. Ayat Imamat 2:15 secara spesifik berbicara tentang jenis persembahan yang dikenal sebagai "korban bakaran" yang terbuat dari tepung halus. Ayat ini memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana persembahan tersebut harus disajikan: ditaburi minyak dan ditambahkan kemenyan.
Persembahan tepung halus, yang juga dikenal sebagai minchah, adalah salah satu bentuk korban syukur atau persembahan sukarela. Berbeda dengan korban binatang yang sering kali melibatkan pengorbanan nyawa, persembahan dari hasil bumi ini menunjukkan rasa terima kasih dan pengakuan atas berkat serta pemeliharaan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Tepung halus sendiri melambangkan kemurnian dan kesempurnaan, mengingatkan umat Israel untuk mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan.
Penambahan minyak pada persembahan ini memiliki makna simbolis yang mendalam. Minyak sering kali dikaitkan dengan penyucian, pengurapan, dan kehadiran Roh Kudus. Dalam konteks persembahan, minyak yang ditaburkan di atas tepung halus dapat melambangkan berkat rohani atau kesediaan untuk melayani Tuhan dengan hati yang tulus dan dimurnikan. Minyak membuat persembahan menjadi lebih kaya dan lezat, menunjukkan bahwa Tuhan berkenan atas persembahan yang diberikan dengan sukacita dan kelimpahan.
Selain minyak, kemenyan juga ditambahkan. Kemenyan adalah resin aromatik yang ketika dibakar menghasilkan dupa yang harum. Dalam upacara keagamaan, kemenyan sering kali melambangkan doa-doa yang naik kepada Tuhan. Aroma yang harum dari kemenyan yang terbakar di mezbah merupakan representasi dari doa-doa umat yang naik ke hadirat Tuhan, menjadi persembahan yang menyenangkan bagi-Nya. Ini mengajarkan kepada kita bahwa doa-doa yang tulus dan penuh iman adalah bagian integral dari ibadah kita kepada Tuhan.
Imamat 2:15 memberikan fondasi penting untuk memahami bagaimana umat Israel berinteraksi dengan Tuhan melalui sistem persembahan mereka. Ini bukan sekadar ritual, melainkan ekspresi iman, rasa syukur, dan pengakuan atas kedaulatan Tuhan. Makna persembahan ini meluas hingga pada pemahaman teologis yang lebih dalam, menunjuk kepada Kristus sebagai persembahan yang sempurna. Seperti tepung halus yang murni, minyak yang menyucikan, dan kemenyan yang harum, Kristus adalah korban yang tanpa cela yang mempersembahkan diri-Nya bagi penebusan dosa umat manusia. Melalui pemahaman ayat-ayat ini, kita diingatkan untuk selalu mempersembahkan hidup kita kepada Tuhan dengan hati yang murni, penuh syukur, dan disertai doa-doa yang senantiasa naik kepada-Nya.