"Imamat 2:16: Imam harus membakar bagian ingat-ingatan dari persembahan itu sebagai korban api-apian yang menyenangkan baunya di mezbah; itulah korban api-apian bagi TUHAN."
Ayat Imamat 2:16 berbicara tentang salah satu jenis persembahan yang dipersembahkan kepada Tuhan dalam tradisi Israel kuno. Persembahan bakaran, atau korban bakaran, memiliki makna spiritual yang mendalam. Ayat ini secara spesifik menyebutkan bahwa imam harus membakar "bagian ingat-ingatan" dari persembahan tersebut. Bagian ini, yang biasanya adalah lemak atau bagian terbaik dari hewan kurban, dipersembahkan kepada Tuhan sebagai tanda pengabdian dan penyerahan diri yang total.
Frasa "korban api-apian yang menyenangkan baunya di mezbah" menekankan aspek kenikmatan dan penerimaan Tuhan terhadap persembahan tersebut. Asap yang membumbung ke udara melambangkan doa dan pujian yang naik kepada Tuhan. Bau yang harum dari persembahan yang dibakar adalah simbol kesucian, ketulusan, dan pengabdian yang tulus dari umat kepada Penciptanya. Ini bukan sekadar ritual formalitas, melainkan sebuah ungkapan hati yang merindukan kedekatan dengan ilahi.
Konsep persembahan bakaran bukan hanya tentang memberikan materi. Inti dari persembahan ini adalah sikap hati yang dipersembahkan bersama dengan materi itu. Tuhan tidak hanya melihat apa yang diberikan, tetapi juga dari mana itu diberikan. Imamat 2:16 mengajarkan bahwa Tuhan menginginkan ketulusan, kerendahan hati, dan pengabdian yang penuh dari umat-Nya. Bagian "ingat-ingatan" yang dibakar melambangkan bahwa seluruh hidup dan segala sesuatu yang dimiliki harus dipersembahkan kepada Tuhan, agar Ia senantiasa diingat dan menjadi pusat kehidupan.
Melalui persembahan ini, umat diajak untuk terus mengingat perjanjian mereka dengan Tuhan, mengakui kedaulatan-Nya, dan memohon pengampunan atas dosa-dosa mereka. Bau harum yang naik ke surga adalah gambaran indah tentang bagaimana doa dan pujian dari hati yang tulus dapat menyenangkan hati Tuhan. Ini adalah pengingat bahwa hubungan yang benar dengan Tuhan didasarkan pada kasih, kepatuhan, dan pengakuan akan kebaikan-Nya yang tak terbatas.
Meskipun konteks persembahan bakaran adalah bagian dari hukum Taurat dalam Perjanjian Lama, makna spiritualnya tetap relevan bagi umat percaya saat ini. Dalam pengertian rohani, kita dipanggil untuk mempersembahkan hidup kita sebagai "korban yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah" (Roma 12:1). Ini berarti menyerahkan segala aspek kehidupan kita – pikiran, perkataan, perbuatan, waktu, dan sumber daya – kepada Tuhan.
Sama seperti bau harum dari persembahan bakaran yang menyenangkan Tuhan, demikian pula kehidupan yang dipersembahkan dengan tulus dan penuh kasih kepada Tuhan akan menjadi kesaksian yang indah dan menyenangkan bagi-Nya. Persembahan spiritual ini mencakup ibadah, doa, pelayanan, dan ketaatan pada firman-Nya. Semakin kita belajar untuk menyerahkan bagian "ingat-ingatan" kehidupan kita kepada Tuhan, semakin kita mengalami hadirat-Nya dan menemukan kepuasan dalam hubungan yang mendalam dengan-Nya. Imamat 2:16 mengajak kita untuk terus menerus mengarahkan hati dan seluruh keberadaan kita kepada Tuhan, agar hidup kita menjadi persembahan yang harum dan berkenan di hadapan-Nya.