"Bicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Hari-hari raya TUHAN, yang harus kamu maklumkan sebagai pertemuan kudus, ialah hari-hari raya berikut ini."
Ayat Imamat 23:2 ini membuka sebuah bagian penting dalam kitab Imamat yang membahas mengenai hari-hari raya atau perayaan-perayaan yang ditetapkan oleh Tuhan bagi umat Israel. Perintah ini bukanlah sekadar sebuah daftar perayaan, melainkan sebuah instruksi ilahi untuk mengenali dan merayakan momen-momen penting dalam hubungan antara Tuhan dan umat-Nya. Kata "pertemuan kudus" menyiratkan bahwa perayaan-perayaan ini bukan sekadar acara biasa, melainkan memiliki dimensi kesucian dan kekhususan, di mana umat diundang untuk berkumpul dalam hadirat Tuhan.
Perintah ini menekankan bahwa hari-hari raya tersebut berasal dari TUHAN. Hal ini menunjukkan bahwa perayaan-perayaan tersebut bukan hasil dari tradisi manusia atau inisiatif budaya semata, melainkan merupakan penetapan ilahi yang memiliki makna teologis mendalam. Setiap hari raya memiliki tujuan spesifik, baik untuk memperingati karya penyelamatan Tuhan di masa lalu, merayakan berkat-Nya di masa kini, maupun menantikan pemenuhan janji-Nya di masa depan. Memaklumkan hari-hari raya ini sebagai "pertemuan kudus" berarti bahwa umat diajak untuk meninggalkan kesibukan sehari-hari dan secara khusus mendedikasikan waktu dan perhatian mereka untuk bersekutu dengan Tuhan dan sesama dalam suasana yang sakral.
Dalam konteks sejarah Israel, hari-hari raya ini berfungsi sebagai pengingat konstan akan perjanjian mereka dengan Tuhan. Mereka diingatkan tentang pembebasan dari perbudakan di Mesir (Paskah dan Hari Raya Roti Tidak Beragi), tentang pemberian Taurat di Gunung Sinai (Pentakosta), serta tentang cara hidup mereka sebagai umat pilihan Tuhan (Hari Raya Pondok Daun). Perayaan-perayaan ini juga mengajarkan tentang pola hidup yang seimbang, yang mencakup waktu untuk bekerja, beristirahat, dan beribadah. Pengaturan waktu ibadah ini juga mencerminkan siklus alam dan panen, menghubungkan kehidupan sehari-hari umat dengan berkat-berkat Tuhan yang terus-menerus mengalir.
Lebih dari sekadar peringatan sejarah, hari-hari raya ini juga bersifat nubuat, menunjuk kepada kedatangan Mesias dan karya penebusan-Nya. Paskah, misalnya, secara jelas menggemakan pengorbanan Kristus sebagai Anak Domba Allah. Pentakosta dapat dilihat sebagai gambaran turunnya Roh Kudus. Dengan memahami makna spiritual dari setiap hari raya, umat Israel, dan pada akhirnya gereja masa kini, dapat semakin mendalami rencana keselamatan Allah yang agung.
Oleh karena itu, perintah dalam Imamat 23:2 ini adalah sebuah undangan yang kuat untuk hidup dalam kesadaran akan karya dan kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita. Merayakan hari-hari raya Tuhan bukan hanya tugas ritual, tetapi sebuah kesempatan untuk memperbaharui hubungan kita dengan Sang Pencipta, menghargai karunia-karunia-Nya, dan menumbuhkan rasa syukur serta iman yang teguh. Ini adalah bagian dari kehidupan umat yang dipanggil untuk hidup kudus, memisahkan diri dari dunia untuk menyenangkan hati Tuhan.