Imamat 3:14 - Persembahan Kedamaian

"Dan inilah korban pengatur perdamaian yang harus dipersembahkan kepada TUHAN: binatang gemuk yang disembelih untuk itu, haruslah dipersembahkan kepada TUHAN, untuk korban bakaran dan korban keselamatan."

Ayat Imamat 3:14 memberikan panduan spesifik mengenai salah satu jenis persembahan yang diperintahkan dalam Hukum Taurat Musa, yaitu "korban pengatur perdamaian" atau yang sering juga disebut "korban keselamatan." Persembahan ini memiliki makna teologis yang mendalam, bukan sekadar ritual belaka, melainkan sebuah cara bagi umat Israel untuk memelihara dan mempererat hubungan mereka dengan Allah.

Dalam konteks peribadatan Israel kuno, persembahan korban adalah elemen sentral. Ada berbagai jenis korban, masing-masing dengan tujuan dan makna tersendiri. Korban keselamatan, sebagaimana dijelaskan dalam Imamat 3, adalah persembahan yang bersifat sukarela dan sukacita. Berbeda dengan korban penghapus dosa yang bersifat wajib dan berat, korban keselamatan adalah ekspresi rasa syukur, ucapan terima kasih, atau sekadar keinginan untuk berada dalam persekutuan yang harmonis dengan Sang Pencipta.

Ayat 3:14 secara khusus menyebutkan dua komponen penting dari korban keselamatan: "binatang gemuk" dan dua jenis persembahan yang terpisah, yaitu "korban bakaran" dan "korban keselamatan" itu sendiri. Bagian binatang yang gemuk, yang dianggap sebagai bagian terbaik, dipersembahkan kepada TUHAN sebagai tanda penghormatan dan pengabdian tertinggi. Ini melambangkan penyerahan diri yang paling tulus kepada Allah.

Kemudian, bagian-bagian tertentu dari binatang yang sama dikhususkan untuk dua tujuan peribadatan yang berbeda. Konsep "korban bakaran" (holocaust) di sini merujuk pada bagian-bagian yang seluruhnya dibakar di mezbah, melambangkan penyerahan total kepada Allah dan pengakuan atas kedaulatan-Nya. Sementara itu, sisa persembahan (biasanya dagingnya) diperuntukkan bagi para imam dan umat yang berpartisipasi dalam perayaan tersebut. Hal ini menegaskan kembali makna "keselamatan" atau "perdamaian" – persekutuan yang diberkati antara Allah, umat-Nya, dan para pelayan-Nya.

Mengapa istilah "pengatur perdamaian" atau "keselamatan" digunakan? Ini menyiratkan bahwa persembahan ini berkontribusi pada penciptaan dan pemeliharaan hubungan yang damai antara manusia dan Allah. Ketika umat mempersembahkan korban ini, mereka mengakui bahwa kesempurnaan dan kedamaian mereka berasal dari Allah. Dengan memakan bagian dari korban tersebut, mereka secara simbolis mengalami persekutuan yang diperbarui dengan Allah, seolah-olah makan bersama di meja-Nya.

Lebih jauh lagi, persembahan korban keselamatan tidak hanya dilakukan oleh individu, tetapi juga oleh komunitas atau keluarga. Ini menunjukkan bahwa perdamaian dan hubungan yang baik dengan Allah adalah tanggung jawab kolektif. Perayaan bersama di sekitar mezbah Allah memperkuat ikatan sosial di antara umat sambil juga menegaskan kesatuan spiritual mereka dengan Allah.

Dalam perspektif teologis Kristen, persembahan korban dalam Perjanjian Lama seringkali dilihat sebagai bayangan dari pengorbanan Yesus Kristus yang sempurna. Yesus adalah "korban pengatur perdamaian" yang ultimate, melalui darah-Nya kita didamaikan dengan Allah (Roma 5:1). Pengorbanan-Nya yang sekali untuk selamanya telah menggantikan semua persembahan korban dalam Hukum Taurat, memberikan kita akses kekal kepada hadirat Allah dan persekutuan yang sejati. Imamat 3:14, dengan demikian, menjadi pengingat akan pentingnya kedamaian dengan Allah dan cara-cara yang telah ditetapkan-Nya untuk mencapainya, baik di bawah Perjanjian Lama maupun dalam kepenuhan Perjanjian Baru.

Simbol perdamaian dan harmoni yang terkandung dalam persembahan.