Kitab Imamat, sebagai bagian dari hukum Musa, memberikan panduan rinci mengenai ibadah dan persembahan kepada Tuhan. Salah satu jenis persembahan yang disebutkan adalah persembahan damai sejahtera. Ayat Imamat 3:15 secara spesifik merujuk pada bagian dari persembahan ini, yaitu lemak yang harus dipersembahkan kepada Tuhan. Untuk memahami maknanya, kita perlu melihat konteks yang lebih luas dari persembahan damai sejahtera itu sendiri.
Persembahan Damai Sejahtera: Simbol Komuni dengan Tuhan
Persembahan damai sejahtera (disebut juga "korban syukur" atau "shelamim" dalam bahasa Ibrani) memiliki makna yang mendalam. Berbeda dengan persembahan bakar-bakaran yang seluruhnya dibakar di mezbah, persembahan damai sejahtera memungkinkan sebagian besar hewan yang dipersembahkan untuk dikonsumsi oleh imam dan orang yang mempersembahkan. Ini mencerminkan hubungan yang damai, akrab, dan penuh sukacita antara umat Israel dengan Tuhan. Persembahan ini bisa dipersembahkan sebagai ungkapan syukur atas berkat yang diterima, janji nazar, atau sebagai persembahan sukarela.
Dalam konteks inilah Imamat 3:15 menekankan pentingnya mempersembahkan lemak. Lemak dalam tradisi Israel sering kali dianggap sebagai bagian terbaik dari hewan, yang melambangkan kekayaan dan kualitas utama. Dengan mempersembahkan lemak kepada Tuhan, umat menunjukkan bahwa mereka memberikan yang terbaik dari apa yang mereka miliki, sebagai tanda penghormatan dan pengakuan atas kebaikan Tuhan. Lemak yang melingkari isi perut dan seluruh lemak pada isi perut merujuk pada bagian-bagian yang lezat dan berharga dari hewan tersebut.
Makna Spiritual dari Bagian yang Dipersembahkan
Pemberian lemak kepada Tuhan bukan sekadar tindakan ritual, tetapi sebuah pernyataan teologis. Ini mengajarkan bahwa segala sesuatu yang baik dan berharga berasal dari Tuhan, dan sebagian dari kebaikan itu layak dikembalikan kepada-Nya. Persembahan lemak ini dipersembahkan di atas mezbah sebagai "api-apian bagi TUHAN", yang berarti api yang menyenangkan Tuhan. Ini adalah bagian yang hanya diperuntukkan bagi Tuhan, sebagai tanda kesucian dan prioritas-Nya dalam kehidupan umat.
Lebih jauh lagi, konsumsi daging persembahan damai sejahtera oleh imam dan keluarga yang mempersembahkan merupakan simbol persekutuan. Mereka bersama-sama makan dalam hadirat Tuhan, menikmati berkat yang telah Dia berikan. Ini menggambarkan gambaran kesatuan dan keharmonisan yang tercipta dalam hubungan yang benar dengan Sang Pencipta. Persembahan ini menjadi kesempatan untuk merayakan dan meneguhkan kembali perjanjian damai sejahtera dengan Tuhan.
Relevansi Imamat 3:15 untuk Masa Kini
Meskipun hukum Taurat dan sistem persembahan hewan tidak lagi dipraktikkan setelah kedatangan Yesus Kristus, prinsip-prinsip di baliknya tetap relevan. Yesus Kristus adalah "Persembahan Damai Sejahtera" yang sempurna bagi umat manusia, yang mendamaikan kita dengan Bapa melalui kematian-Nya. Surat Ibrani menjelaskan bagaimana pengorbanan Kristus menggantikan semua persembahan hewan di masa lalu.
Prinsip memberikan yang terbaik kepada Tuhan, bersyukur atas berkat-Nya, dan hidup dalam persekutuan dengan-Nya tetap menjadi inti dari iman Kristen. Imamat 3:15 mengingatkan kita untuk memberikan bukan hanya sebagian dari apa yang kita miliki, tetapi hati yang tulus, hidup yang kudus, dan segala upaya terbaik kita untuk memuliakan nama-Nya. Persembahan spiritual kita saat ini adalah ibadah yang tulus, pelayanan kasih, dan hidup yang mencerminkan kebaikan Tuhan, semua itu sebagai ungkapan syukur dan damai sejahtera dalam hubungan kita dengan-Nya melalui Kristus.