"Adapun daging dari korban keselamatan yang dipersembahkan kepada TUHAN harus dimakan pada hari ia mempersembahkannya; janganlah ada sisa sampai pagi."
Ayat Imamat 7:17 berbicara tentang salah satu aspek penting dari persembahan keselamatan dalam tradisi Israel kuno. Persembahan ini, juga dikenal sebagai korban damai sejahtera, memiliki makna yang mendalam bagi umat beriman. Berbeda dengan persembahan korban bakaran yang seluruhnya dibakar di mezbah, atau persembahan korban penghapus dosa, sebagian dari korban keselamatan ini dikembalikan kepada orang yang mempersembahkannya, serta para imam. Ini menunjukkan bahwa keselamatan dan persekutuan dengan Allah juga melibatkan unsur kebersamaan dan perayaan.
Persembahan keselamatan dipersembahkan karena berbagai alasan: sebagai ucapan syukur atas berkat yang diterima, sebagai pemenuhan nazar, atau sebagai persembahan sukarela. Intinya adalah pengakuan atas kebaikan Allah dan keinginan untuk memelihara hubungan yang harmonis dengan-Nya. Ayat 7:17 secara spesifik menekankan bahwa daging dari korban keselamatan harus dimakan pada hari persembahan itu dilakukan, dengan instruksi tegas agar tidak ada sisa yang dibiarkan hingga pagi.
Aturan mengenai konsumsi korban keselamatan pada hari yang sama bukan sekadar aturan diet, melainkan memiliki makna teologis yang penting. Hal ini mengajarkan tentang pentingnya kepatuhan yang segera dan tanpa penundaan kepada perintah Allah. Menunda atau membiarkan sisa menunjukkan sikap kurang menghargai karunia yang diberikan, atau bahkan kecenderungan untuk membuang apa yang telah dikuduskan. Kesegaran daging korban melambangkan penghargaan terhadap kekudusan dan kelimpahan berkat yang dipersembahkan. Segala sesuatu yang berkenan kepada Allah harus diperlakukan dengan hormat dan perhatian penuh.
Meskipun ritual persembahan korban seperti yang dijelaskan dalam Imamat tidak lagi dipraktikkan dengan cara yang sama setelah penghancuran Bait Suci, prinsip-prinsip di baliknya tetap relevan. Persembahan keselamatan mengajarkan kita tentang pentingnya mengungkapkan syukur kepada Tuhan secara aktif. Momen perayaan dan berbagi sukacita dalam hadirat Tuhan, serta dalam persekutuan dengan sesama, adalah bagian integral dari kehidupan iman. Selain itu, ayat ini juga mengingatkan kita untuk menghargai dan menggunakan berkat-berkat yang telah Allah berikan kepada kita dengan bijak dan segera, tanpa menunda atau menyia-nyiakannya.
Memahami Imamat 7:17 lebih dari sekadar pengetahuan historis tentang ibadah kuno; ini adalah panggilan untuk menjalani kehidupan iman yang penuh rasa syukur, kepatuhan, dan penghargaan terhadap segala anugerah ilahi.