"Pergilah kepada Firaun pada pagi hari, pada waktu ia keluar untuk pergi ke tepi sungai, dan bawalah tongkat yang telah berubah menjadi ular itu serta katakan kepadanya: TUHAN, Allah orang Ibrani, telah menyuruh aku mendapatkan tuanku dengan pesan: Biarkan umat-Ku pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku di padang gurun. Tetapi sampai sekarang tuanku belum mau mendengarkan."
Ayat Keluaran 7:15 ini menjadi salah satu momen krusial dalam narasi pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Perintah yang diberikan Tuhan kepada Musa sangat spesifik: menemui Firaun di pagi hari saat ia keluar ke tepi sungai Nil, sambil menunjukkan kuasa-Nya melalui tongkat yang berubah menjadi ular. Ini bukan sekadar demonstrasi kekuatan, melainkan sebuah pesan yang sarat makna. Firaun, yang sering kali memandang dirinya setara dengan dewa, diperhadapkan langsung dengan otoritas ilahi yang lebih tinggi.
Keluarnya Firaun ke tepi sungai Nil pada pagi hari kemungkinan memiliki makna ritual atau kebiasaan personal. Sungai Nil sendiri sangat penting bagi kehidupan dan keagamaan Mesir kuno, sering kali dipersonifikasikan sebagai dewa. Dengan memilih lokasi dan waktu ini, Tuhan secara simbolis menantang kekuasaan dan kepercayaan Firaun di pusat kehidupannya sendiri. Tongkat yang berubah menjadi ular adalah sebuah mukjizat yang memiliki banyak interpretasi, namun di konteks ini, ia berfungsi sebagai tanda ilahi untuk membuka hati Firaun yang keras dan membukakan jalan bagi umat-Nya.
Pesan yang disampaikan Musa, "Biarkan umat-Ku pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku di padang gurun," menekankan tujuan utama pembebasan: untuk melayani dan beribadah kepada Tuhan. Ini bukan hanya tentang kebebasan fisik, tetapi juga kebebasan rohani untuk mengabdi kepada Pencipta. Ketidakpatuhan Firaun yang dinyatakan dalam ayat ini, "Tetapi sampai sekarang tuanku belum mau mendengarkan," menjadi titik tolak bagi serangkaian tulah yang akan menimpa Mesir, memaksa Firaun akhirnya melepaskan bangsa Israel.
Kisah ini mengajarkan kepada kita tentang pentingnya mendengar dan menaati firman Tuhan, bahkan ketika dihadapkan pada rintangan dan penolakan. Keteguhan Musa dalam menjalankan perintah Tuhan, meskipun berhadapan dengan penguasa yang sombong, menunjukkan keberanian yang bersumber dari iman. Sementara itu, respon Firaun yang keras hati menjadi pengingat bahwa keangkuhan dapat membutakan seseorang dari kebenaran ilahi. Keluaran 7:15 adalah awal dari serangkaian peristiwa yang menunjukkan kuasa Tuhan atas segala kekuatan duniawi dan komitmen-Nya untuk membebaskan umat-Nya.