"Daging hewan yang mati dengan sendirinya atau yang diterkam binatang buas, janganlah kamu makan, janganlah kamu mempergunakannya untuk keperluan apa pun; Akulah, TUHAN, yang menguduskan kamu."
Ilustrasi simbolik kemurnian dan larangan.
Memahami Larangan Penting dalam Imamat
Kitab Imamat memuat banyak hukum dan peraturan yang diberikan Tuhan kepada bangsa Israel di Gunung Sinai. Peraturan-peraturan ini tidak hanya berkaitan dengan ibadah dan persembahan korban, tetapi juga mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk apa yang boleh dan tidak boleh dimakan. Imamat 7:24 adalah salah satu ayat yang memberikan penekanan khusus mengenai jenis daging yang dilarang untuk dikonsumsi. Ayat ini secara tegas menyatakan, "Daging hewan yang mati dengan sendirinya atau yang diterkam binatang buas, janganlah kamu makan, janganlah kamu mempergunakannya untuk keperluan apa pun."
Larangan ini memiliki beberapa lapisan makna. Secara umum, hewan yang mati dengan sendirinya (bangkai) atau yang dibunuh oleh binatang buas dianggap tidak murni. Hal ini bisa jadi karena mereka mungkin telah sakit atau terluka parah, sehingga dikhawatirkan mengandung penyakit atau racun. Konsumsi daging yang tidak murni dapat membahayakan kesehatan fisik, dan Tuhan yang Maha Pengasih menginginkan umat-Nya untuk hidup sehat.
Namun, makna dari larangan ini melampaui sekadar kesehatan fisik. Imamat adalah kitab tentang kekudusan dan pemisahan. Tuhan menetapkan standar yang tinggi bagi umat-Nya, membedakan mereka dari bangsa-bangsa lain di sekitar mereka. Menerima daging yang mati dengan sendirinya atau diterkam binatang buas dapat diasosiasikan dengan sikap sembrono atau tidak menghargai karunia hidup yang diberikan Tuhan. Dengan mematuhi larangan ini, bangsa Israel diajar untuk berserah kepada otoritas Tuhan dalam segala hal, bahkan dalam urusan yang tampaknya sepele.
Lebih jauh lagi, Tuhan menegaskan, "janganlah kamu mempergunakannya untuk keperluan apa pun." Ini menunjukkan bahwa larangan tersebut bersifat mutlak. Tidak hanya tidak boleh dimakan, tetapi juga tidak boleh dimanfaatkan untuk keperluan lain, seperti membuat pakaian atau barang lainnya. Hal ini menekankan pentingnya ketaatan yang menyeluruh kepada firman Tuhan.
Ayat ini ditutup dengan pengingat yang sangat kuat: "Akulah, TUHAN, yang menguduskan kamu." Ini adalah inti dari seluruh peraturan dalam Imamat. Tuhan menguduskan Israel, memisahkan mereka untuk diri-Nya sendiri. Kekudusan-Nya menuntut kekudusan dari umat-Nya. Dengan menolak yang najis dan menerima yang murni sesuai dengan perintah-Nya, bangsa Israel menyatakan kesetiaan mereka kepada Tuhan yang telah menjadikan mereka umat pilihan-Nya.
Dalam konteks persembahan korban, prinsip serupa juga terlihat. Beberapa bagian dari hewan kurban harus dipersembahkan kepada Tuhan, sementara bagian lainnya boleh dimakan oleh imam atau umat. Namun, ada batasan-batasan yang jelas untuk memastikan kekudusan korban dan pemisahan dari hal-hal yang dianggap tidak murni.
Memahami Imamat 7:24 mengajarkan kita tentang pentingnya membedakan antara yang murni dan yang najis, bukan hanya dalam hal makanan, tetapi juga dalam segala aspek kehidupan. Ini adalah panggilan untuk hidup kudus, menghormati Tuhan dalam setiap keputusan, dan menyadari bahwa setiap aspek kehidupan kita dipersembahkan kepada Dia yang telah menguduskan kita.