Imamat 7:3 - Persembahan Keselamatan

"Dari persembahan keselamatan itu haruslah dipersembahkannya sebagian sebagai korban api-apian bagi TUHAN: bagian penutup punggung yang menutupi isi perut, dan segala lemak yang melekat pada isi perut itu."

Simbol Damai Sejahtera

Ayat Imamat 7:3 memberikan gambaran rinci mengenai salah satu jenis persembahan yang diperintahkan oleh Tuhan kepada umat Israel, yaitu persembahan keselamatan atau yang juga dikenal sebagai korban damai sejahtera. Persembahan ini memiliki makna yang mendalam, tidak hanya sebagai ritual ibadah semata, tetapi juga sebagai simbol pengakuan, syukur, dan pemeliharaan hubungan yang harmonis antara umat dengan Tuhan. Kata "keselamatan" atau "damai sejahtera" sendiri mengimplikasikan adanya kedamaian, keutuhan, dan kesejahteraan yang diperoleh melalui hubungan yang baik dengan Sang Pencipta.

Dalam konteks Imamat, persembahan keselamatan bukanlah persembahan wajib seperti korban bakaran atau korban karena dosa. Persembahan ini bersifat sukarela dan sering kali dipersembahkan dalam berbagai suasana hati dan alasan. Entah itu untuk mengucap syukur atas berkat yang diterima, memenuhi nazar yang telah diucapkan, atau sekadar untuk memelihara persekutuan yang intim dengan Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak hanya menginginkan ketaatan, tetapi juga hati yang bersukacita dan rela memberikan yang terbaik dari apa yang dimiliki.

Bagian-bagian spesifik yang diperintahkan untuk dipersembahkan, seperti yang disebutkan dalam Imamat 7:3—yaitu bagian penutup punggung yang menutupi isi perut dan lemak-lemak yang melekat padanya—memiliki nilai yang sangat berharga dari seekor hewan persembahan. Lemak dalam budaya Timur Tengah kuno sering dianggap sebagai bagian yang paling lezat dan terbaik dari hewan tersebut. Dengan mempersembahkan bagian terbaik ini kepada Tuhan, umat menunjukkan kerelaan hati mereka untuk memberikan yang paling utama, yang menunjukkan penghargaan tertinggi atas kebaikan dan perlindungan Tuhan. Ini adalah ekspresi ketaatan yang penuh sukacita dan pengakuan bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan.

Proses persembahan keselamatan juga melibatkan perjamuan bersama. Setelah bagian-bagian tertentu dipersembahkan kepada Tuhan (biasanya dibakar di atas mezbah), sebagian besar daging dari hewan persembahan akan dibagikan dan dikonsumsi oleh imam yang bertugas, umat yang mempersembahkan, serta keluarga dan teman-teman mereka. Hal ini memperkuat makna "damai sejahtera" dan "keselamatan" dalam aspek persekutuan. Perjamuan bersama ini menjadi momen penting untuk merayakan berkat Tuhan, mempererat hubungan antar sesama, dan mengakui bahwa Tuhan adalah sumber segala kedamaian dan kebahagiaan yang mereka nikmati. Ini bukan sekadar makan, tetapi sebuah perayaan komunal yang dipimpin oleh kehadiran Tuhan.

Makna persembahan keselamatan dalam Imamat 7:3 terus bergema hingga kini. Meskipun bentuk persembahan mungkin telah berubah seiring dengan datangnya Yesus Kristus, prinsip dasarnya tetap relevan. Kita dipanggil untuk memberikan yang terbaik dari diri kita kepada Tuhan, baik itu waktu, talenta, harta, maupun hati kita yang penuh syukur dan kerelaan. Mengakui Tuhan sebagai sumber segala kebaikan dan kedamaian adalah inti dari persembahan yang berkenan di hadapan-Nya. Memelihara hubungan yang baik dengan Tuhan dan sesama, melalui ucapan syukur, pelayanan, dan kasih, adalah manifestasi modern dari persembahan keselamatan yang mendatangkan damai sejahtera sejati.