"Adapun domba bagi persembahan keselamatan, dan roti yang diangkat, harasah Musa memerintahkan untuk memberikannya kepada Harun dan anak-anaknya."
Ayat Imamat 7:33 adalah bagian dari serangkaian instruksi rinci mengenai hukum-hukum persembahan dalam Perjanjian Lama. Bagian ini secara spesifik membahas tentang siapa yang berhak menerima bagian dari kurban keselamatan, sebuah jenis persembahan sukarela yang dipersembahkan oleh umat Israel. Kurban keselamatan ini memiliki makna penting, yaitu sebagai ungkapan syukur, pemenuhan nazar, atau persembahan sukarela untuk mempererat hubungan dengan Tuhan. Berbeda dengan kurban bakaran yang seluruhnya dipersembahkan kepada Tuhan, atau kurban penghapus dosa yang tujuannya penebusan, kurban keselamatan memiliki aspek komunal yang kuat. Sebagian dipersembahkan kepada Tuhan, sebagian dimakan oleh imam dan keluarganya, serta sebagian lagi dikembalikan kepada orang yang mempersembahkannya untuk dinikmati bersama dalam suasana perayaan.
Fokus Imamat 7:33 terletak pada pembagian hasil dari kurban keselamatan. Ayat ini menyoroti bahwa domba yang dipersembahkan sebagai kurban keselamatan, serta roti yang merupakan bagian dari persembahan tersebut, secara khusus diperintahkan oleh Musa untuk diberikan kepada Harun dan anak-anaknya. Harun adalah Imam Besar pertama, dan bersama anak-anaknya, mereka merupakan golongan yang ditunjuk Tuhan untuk melayani di Kemah Suci dan menjalankan berbagai tugas keimamatan. Pemberian ini bukan sekadar upah materi, melainkan pengakuan akan peran vital mereka dalam memimpin ibadah dan menjadi perantara antara Tuhan dan umat-Nya. Melalui persembahan ini, umat Israel turut serta dalam memelihara dan mendukung pelayanan para imam, memastikan bahwa ibadah dapat terus berjalan sesuai dengan ketetapan Tuhan.
Pemberian bagian kurban keselamatan kepada para imam ini juga mencerminkan prinsip pemeliharaan ilahi. Tuhan telah menetapkan bahwa mereka yang melayani mezbah harus hidup dari mezbah itu. Ini adalah cara Tuhan untuk memastikan bahwa para pelayan-Nya dapat fokus pada tugas rohani mereka tanpa dibebani urusan duniawi yang berlebihan. Dalam konteks spiritual, hal ini dapat dianalogikan dengan prinsip bahwa mereka yang memberitakan Injil berhak hidup dari pemberitaan Injil itu (1 Korintus 9:14). Imamat 7:33 memberikan fondasi hukum dan spiritual bagi prinsip ini dalam tradisi Israel kuno.
Lebih jauh, Imamat 7:33 menegaskan pentingnya tatanan dan kepemimpinan rohani yang ditetapkan oleh Tuhan. Harun dan keturunannya diangkat menjadi imam untuk menjalankan tugas kekudusan. Pemberian bagian kurban ini adalah bagian dari sistem yang memastikan kelangsungan pelayanan mereka dan sekaligus menjadi pengingat bagi umat tentang pentingnya menghormati pemimpin rohani yang telah Tuhan tunjuk. Ayat ini bukan hanya sekadar aturan teknis ibadah, tetapi juga mengandung pelajaran teologis tentang ketaatan, penghargaan terhadap pelayanan, dan prinsip pemeliharaan yang berkesinambungan dalam komunitas umat beriman. Pembagian yang jelas ini menciptakan keteraturan dan keadilan dalam pelaksanaan ibadah, menjaga kekudusan dan efektivitas pelayanan imamat.
Penting untuk dicatat bahwa perintah dalam Imamat 7:33 merupakan bagian dari hukum Taurat Musa yang berlaku bagi bangsa Israel pada masa Perjanjian Lama. Dengan kedatangan Yesus Kristus, Imam Besar Agung yang sempurna, dan penggenapan kurban keselamatan yang sempurna melalui kematian dan kebangkitan-Nya, sistem persembahan fisik ini telah digenapi. Namun, prinsip-prinsip di baliknya—penghargaan terhadap pelayanan rohani, pentingnya kurban yang tulus, dan keharusan untuk hidup kudus di hadapan Tuhan—tetap relevan bagi umat Kristen hingga saat ini. Ayat ini mengajarkan kita untuk menghargai para hamba Tuhan yang melayani kita secara rohani, serta untuk senantiasa mempersembahkan diri kita sebagai kurban yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Tuhan.