"Siapakah yang akan membawa aku ke kota berkota? Siapakah yang akan menuntun aku ke Edom?"
Ilustrasi: Jalan Menuju Kemenangan Ilahi
Mazmur 108:10 menyajikan sebuah pertanyaan retoris yang mendalam, sebuah seruan yang terpancar dari lubuk hati seorang yang menghadapi tantangan besar atau kerinduan akan sebuah tujuan yang sulit dicapai. Pertanyaan "Siapakah yang akan membawa aku ke kota berkota? Siapakah yang akan menuntun aku ke Edom?" bukanlah sekadar ungkapan keputusasaan, melainkan lebih merupakan pengakuan akan keterbatasan diri dan pengalihan pandangan kepada sumber kekuatan yang lebih besar. Dalam konteks historis, "kota berkota" dan "Edom" bisa merujuk pada benteng-benteng pertahanan yang sulit ditembus atau wilayah musuh yang menjadi tantangan strategis. Namun, makna spiritualnya jauh melampaui geografi atau taktik militer.
Ayat ini mengajarkan kita tentang ketergantungan total kepada Allah. Sang pemazmur menyadari bahwa tanpa bantuan ilahi, usaha manusia akan sia-sia dalam menghadapi rintangan yang berat. "Kota berkota" dapat diartikan sebagai rintangan hidup yang kompleks, ujian iman yang berat, atau pencapaian tujuan yang tampaknya mustahil diraih dengan kekuatan sendiri. "Edom", yang sering kali diidentikkan dengan musuh atau kesulitan, melambangkan situasi yang penuh ancaman dan ketidakpastian. Dalam menghadapi hal-hal ini, manusia kerap merasa kecil dan tak berdaya.
Pertanyaan ini adalah cerminan dari kerinduan jiwa yang mencari perlindungan dan keselamatan. Sang pemazmur tidak bertanya untuk mendapatkan jawaban dari manusia, tetapi untuk menegaskan bahwa hanya Allah yang memiliki kuasa untuk menuntun dan membawa umat-Nya melewati segala kesulitan menuju kemenangan. Ini adalah pengakuan akan kedaulatan Allah atas segala situasi, baik yang terlihat mudah maupun yang paling menakutkan.
Dalam kehidupan modern, kita pun sering dihadapkan pada "kota berkota" dan "Edom" dalam bentuk yang berbeda. Mungkin itu adalah tantangan karier yang besar, permasalahan keluarga yang rumit, perjuangan melawan penyakit, atau bahkan pergulatan iman yang mendalam. Saat kita merasa terdesak, pertanyaan ini kembali relevan: "Siapakah yang dapat membawaku melewatinya?" Jawabannya, sebagaimana tersirat dalam keseluruhan Mazmur 108 dan tradisi iman, adalah Allah sendiri.
Mazmur 108:10 mengundang kita untuk melepaskan beban dan kekhawatiran kita kepada Sang Pencipta. Ia adalah Penyelamat yang setia, yang berjanji untuk tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Ketika kita mempercayakan perjalanan kita kepada-Nya, Ia akan memberikan hikmat, kekuatan, dan keberanian yang kita butuhkan untuk menghadapi setiap tantangan. Ia akan menjadi pemandu kita, menuntun langkah kita di jalan yang benar, bahkan melalui lembah kekelaman sekalipun.
Mengambil pelajaran dari ayat ini, marilah kita belajar untuk tidak mengandalkan kekuatan kita semata, melainkan menengadahkan tangan kepada Allah dalam doa. Dengan iman yang teguh, kita dapat yakin bahwa Ia akan membuka jalan di tengah kebuntuan, memberikan perlindungan di tengah bahaya, dan membawa kita menuju kemenangan-Nya. Allah adalah sumber penyelamatan kita yang tak terbatas.