Imamat 7:34

"Dari persembahan keselamatan itu, yakni dari domba jantan yang telah disukur bulunya, haruslah kamu berikan yang teratas kepada Harun dan kepada anak-anaknya, sebagai bagian yang ditetapkan TUHAN bagi kamu."

Simbol tangan memegang persembahan

Imamat 7:34 menyoroti aspek penting dalam ibadah bangsa Israel kuno, yaitu tentang persembahan keselamatan. Ayat ini bukan sekadar sebuah aturan ritualistik, melainkan jendela untuk memahami hubungan antara manusia dengan Tuhan serta makna pengorbanan yang disajikan.

Persembahan keselamatan, dalam konteks Imamat, adalah salah satu jenis persembahan yang dipersembahkan kepada Tuhan. Berbeda dengan persembahan bakar-bakaran yang seluruhnya dibakar, atau persembahan penebus dosa yang fokus pada pengampunan, persembahan keselamatan memiliki unsur perjamuan. Sebagian dari hewan yang dipersembahkan akan dimakan oleh imam dan keluarganya, serta oleh umat yang mempersembahkannya, sebagai tanda persekutuan dan sukacita dengan Tuhan.

Ayat spesifik ini menekankan bahwa "domba jantan yang telah disukur bulunya" menjadi objek persembahan keselamatan. Frasa "disukur bulunya" mungkin menyiratkan bahwa hewan tersebut telah mencapai kematangan atau siap untuk dipersembahkan. Pemberian "yang teratas" kepada Harun dan anak-anaknya sebagai bagian "yang ditetapkan TUHAN" menunjukkan adanya hierarki dan ketetapan ilahi dalam distribusi persembahan. Para imam memiliki peran khusus sebagai perantara antara umat dan Tuhan, dan bagian mereka dari persembahan mencerminkan tugas dan kehormatan mereka.

Lebih dari sekadar tradisi, makna teologis dari persembahan keselamatan sangat mendalam. Ini adalah ekspresi syukur atas perlindungan, pemeliharaan, dan berkat yang diterima dari Tuhan. Persembahan ini menegaskan bahwa setiap aspek kehidupan, termasuk kesejahteraan dan keamanan, berasal dari Tuhan. Dengan mempersembahkan sebagian dari harta mereka, umat menunjukkan pengakuan atas kedaulatan Tuhan dan ketergantungan mereka kepada-Nya.

Penerapan dari ayat ini dalam kehidupan modern mungkin tidak lagi dalam bentuk ritual hewan. Namun, prinsip di baliknya tetap relevan. Kita dipanggil untuk mempersembahkan hidup kita secara keseluruhan kepada Tuhan, termasuk rasa syukur atas keselamatan yang telah dianugerahkan melalui Yesus Kristus. Persembahan kita bisa berupa pujian, pelayanan, ketaatan, dan hati yang penuh syukur. Sama seperti persembahan keselamatan kuno, persembahan kita saat ini adalah ungkapan persekutuan kita dengan Tuhan dan pengakuan atas segala kebaikan-Nya dalam hidup kita. "Yang teratas" yang kita berikan kepada Tuhan adalah prioritas kita, waktu, talenta, dan sumber daya kita, sebagai bentuk pengabdian tertinggi kepada-Nya.