Imamat 8:19: Persembahan Bakaran yang Terbakar Habis

"Dan Musa berkata kepada orang Israel: "Inilah binatang yang TUHAN perintahkan kepada Musa: sepuluh kilo [sekitar 2 kg] daging persembahan bakaran."
Api Menguduskan

Simbol persembahan bakaran dan api. (Ilustrasi)

Ayat Imamat 8:19 merupakan bagian dari narasi penahbisan Harun dan putra-putranya sebagai imam-imam di hadapan Tuhan. Perintah Tuhan kepada Musa terkait jenis dan jumlah binatang yang harus dipersembahkan memiliki makna teologis yang mendalam. Dalam konteks persembahan bakaran, binatang yang digunakan haruslah yang utuh dan tanpa cacat, melambangkan penyerahan diri yang total kepada Tuhan. Kata "persembahan bakaran" (bahasa Ibrani: 'olah) secara harfiah berarti "yang naik," merujuk pada fakta bahwa seluruh korban dibakar di mezbah dan asapnya naik ke hadirat Tuhan. Ini menunjukkan pengabdian mutlak dan penyembahan yang sepenuhnya milik Tuhan.

Perintah spesifik mengenai "sepuluh kilo [sekitar 2 kg] daging persembahan bakaran" di sini mungkin merujuk pada hewan tertentu yang diperintahkan untuk korban tersebut, yang kemudian seluruhnya dibakar. Ukuran dan jenis hewan yang tepat akan diperinci dalam ayat-ayat sebelumnya atau konteks keseluruhan pasal. Namun, inti dari persembahan ini adalah pengorbanan yang total. Tidak ada bagian dari korban yang boleh disimpan untuk konsumsi pribadi imam atau siapa pun. Seluruhnya diserahkan kepada Tuhan melalui api. Hal ini mengajarkan pentingnya ketulusan dan ketaatan tanpa syarat dalam beribadah.

Dalam tradisi Israel, persembahan bakaran merupakan salah satu bentuk pengorbanan yang paling kuno dan paling umum. Tujuannya beragam, mulai dari ekspresi ucapan syukur, penebusan dosa, sampai penyembahan dan persekutuan dengan Tuhan. Perintah dalam Imamat 8:19 menekankan aspek kepemilikan Tuhan atas seluruh kehidupan orang yang beribadah. Daging yang seharusnya menjadi sumber makanan kini sepenuhnya dikhususkan bagi Tuhan. Ini adalah tindakan iman yang menunjukkan bahwa Tuhan adalah sumber segalanya dan layak menerima yang terbaik.

Lebih jauh lagi, ketika kita melihat Imamat 8:19 dalam perspektif Kristen, persembahan bakaran ini menjadi bayangan dari pengorbanan sempurna Yesus Kristus. Yesus, Anak Domba Allah yang tidak bercacat cela, memberikan diri-Nya secara total di kayu salib untuk penebusan dosa umat manusia. Seperti persembahan bakaran yang seluruhnya habis di api, pengorbanan Yesus adalah total dan final. Api yang membakar persembahan di mezbah Tuhan mengingatkan kita pada api kekudusan dan keadilan ilahi yang harus dipenuhi. Namun, melalui Kristus, kita mendapatkan pengampunan dan kedekatan dengan Tuhan. Perintah untuk membakar seluruh persembahan bakaran mengajarkan kepada kita bahwa hubungan yang sejati dengan Tuhan menuntut penyerahan diri total, hati yang tulus, dan ketaatan yang tanpa syarat.

Memahami Imamat 8:19 juga mengajak kita untuk merenungkan arti ibadah yang sesungguhnya di masa kini. Meskipun kita tidak lagi mempersembahkan hewan secara fisik, prinsip penyerahan diri total tetap relevan. Kita dipanggil untuk mempersembahkan hidup kita sebagai korban yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Tuhan. Ini berarti mengabdikan waktu, talenta, harta benda, dan seluruh keberadaan kita untuk kemuliaan-Nya. Persembahan bakaran yang terbakar habis mengingatkan kita bahwa dalam pelayanan kepada Tuhan, tidak ada ruang untuk egoisme atau motivasi tersembunyi. Hanya penyerahan mutlak yang mendatangkan perkenanan-Nya.