IM

Imamat 8:20 - Ketaatan yang Diberkati

"Dan Harun mengorbankan domba jantan itu: lalu Harun dan anak-anaknya meletakkan tangan mereka di atas kepala domba jantan itu."

Ayat dari Imamat 8:20 ini menjadi saksi bisu dari momen krusial dalam sejarah keagamaan Israel. Ini adalah bagian dari serangkaian instruksi rinci yang diberikan oleh TUHAN kepada Musa mengenai pentahbisan Harun dan anak-anaknya sebagai imam-imam pertama di bawah perjanjian yang baru. Pentahbisan ini bukan sekadar upacara seremonial, melainkan pondasi penting bagi seluruh sistem imamat yang akan melayani bangsa Israel selama berabad-abad.

Dalam konteks Perjanjian Lama, domba jantan seringkali melambangkan sesuatu yang kuat, murni, dan siap dikorbankan. Tindakan meletakkan tangan di atas kepala domba jantan memiliki makna teologis yang dalam. Ini adalah simbol dari pengalihan tanggung jawab, dosa, atau dalam kasus ini, penyerahan diri untuk pelayanan. Harun dan anak-anaknya, yang akan menjadi perantara antara Allah dan umat-Nya, secara simbolis meletakkan seluruh keberadaan mereka, pengabdian mereka, dan kesiapan mereka untuk melayani di atas hewan kurban ini. Ini menandakan bahwa pelayanan mereka harus didasarkan pada pengorbanan, penyerahan total, dan kesucian.

Makna Pentingnya Penyerahan Diri

Proses pentahbisan ini menyoroti pentingnya penyerahan diri mutlak kepada kehendak Allah. Harun dan putra-putranya tidak ditahbiskan atas dasar kemampuan mereka sendiri atau keinginan pribadi, melainkan atas perintah langsung dari Allah. Tindakan mereka meletakkan tangan pada domba jantan merupakan deklarasi publik dari komitmen mereka untuk mengikuti semua instruksi yang telah diberikan. Ini adalah awal dari sebuah tugas yang penuh tanggung jawab dan memerlukan integritas moral yang tinggi. Sebagai imam, mereka akan bertanggung jawab untuk memimpin ibadah, mempersembahkan korban, dan mengajarkan hukum Taurat kepada umat Israel.

Dalam perspektif Kristen, tindakan ini juga dapat dilihat sebagai gambaran awal dari pelayanan Kristus. Yesus, Imam Besar Agung kita, adalah Anak Domba Allah yang sempurna, yang menyerahkan diri-Nya secara total demi penebusan dosa umat manusia. Pentahbisan Harun, meskipun merupakan bagian dari sistem hukum Taurat, mengantisipasi kedatangan Sang Mesias yang akan menyempurnakan seluruh sistem pengorbanan dan imamat.

Ketaatan Sebagai Fondasi Pelayanan

Imamat 8:20 mengingatkan kita bahwa ketaatan adalah elemen fundamental dalam setiap pelayanan yang berkenan di hadapan Tuhan. Harun dan anak-anaknya harus tunduk pada setiap detail yang diperintahkan Musa, yang bertindak atas nama Allah. Tidak ada ruang untuk penyimpangan atau interpretasi pribadi. Ketaatan ini bukan tentang kepatuhan buta, melainkan pengakuan akan otoritas ilahi dan pemahaman bahwa hanya dengan mengikuti jalan Tuhan, pelayanan yang benar dapat terlaksana.

Bagi kita saat ini, ayat ini mengajarkan bahwa pelayanan apapun yang kita lakukan dalam gereja atau di tengah masyarakat, harus didasarkan pada ketaatan kepada firman Tuhan. Entah itu dalam peran kepemimpinan, pelayanan kasih, atau kesaksian iman, fondasi kita haruslah kesediaan untuk mengikuti apa yang diperintahkan Tuhan, bukan apa yang menurut akal kita lebih baik. Penyerahan diri dan ketaatan adalah kunci untuk memastikan bahwa pelayanan kita membawa berkat dan memuliakan nama Tuhan.

Merenungkan Imamat 8:20 membuka pemahaman kita tentang keseriusan dan kekudusan pelayanan yang berhubungan dengan Tuhan. Ini adalah pengingat bahwa kita dipanggil untuk melayani dengan hati yang tulus, penyerahan diri yang penuh, dan ketaatan yang teguh kepada Sang Pencipta.