Imamat 8:22 - Korban Persembahan Harun

"Ia mempersembahkan korban api-apian untuk bau yang sedap, suatu korban yang oleh TUHAN: seekor domba jantan."

Simbol Persembahan

Kisah pengudusan Harun dan anak-anaknya sebagai imam-imam bagi bangsa Israel merupakan momen krusial dalam sejarah umat pilihan Allah. Bagian ini, yang tertera dalam Imamat 8:22, menyoroti salah satu tindakan ritual penting yang dilakukan Harun di hadapan Tuhan: mempersembahkan seekor domba jantan sebagai korban api-apian.

Perintah untuk mempersembahkan domba jantan ini bukan sekadar sebuah seremoni kosong. Di balik setiap detail dalam hukum Taurat yang diberikan Allah kepada Musa, terdapat makna teologis yang mendalam. Domba jantan, dalam konteks korban persembahan Israel kuno, sering kali melambangkan kekuatan, kepemimpinan, dan kesempurnaan. Dengan mempersembahkan seekor domba jantan yang sehat dan tanpa cacat, Harun secara simbolis menyerahkan dirinya dan tugas imamatnya sepenuhnya kepada otoritas tertinggi Allah.

Frasa "korban api-apian untuk bau yang sedap" sangatlah penting. Ini menunjukkan bahwa persembahan tersebut bukan hanya untuk konsumsi imam, melainkan seluruhnya dibakar di atas mezbah sebagai persembahan kepada Tuhan. Bau harum dari korban yang terbakar dianggap sebagai kesukaan Allah, tanda penerimaan dan rekonsiliasi antara Dia dan umat-Nya. Ini adalah gambaran akan kerinduan Allah untuk bersekutu dengan umat-Nya, serta bagaimana dosa memisahkan manusia dari kekudusan-Nya, dan darah korbanlah yang menjadi jembatan.

Ayat ini menegaskan bahwa persembahan tersebut adalah "suatu korban yang oleh TUHAN". Penegasan ini krusial. Ini bukan korban yang dipersembahkan atas inisiatif Harun sendiri atau sesuai dengan kehendaknya, melainkan sebuah perintah langsung dari Tuhan. Ini menekankan bahwa seluruh sistem ibadah dan pelayanan keimamatan didasarkan pada Firman Tuhan. Kehidupan dan pelayanan imam haruslah selaras dengan kehendak Ilahi, bukan berdasarkan tradisi manusia atau keinginan pribadi.

Domba jantan ini juga menjadi representasi penting dari peran Yesus Kristus di kemudian hari. Yesus sering disebut sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia (Yohanes 1:29). Kematian-Nya di kayu salib adalah pengorbanan sempurna yang tidak hanya mendatangkan bau sedap bagi Allah Bapa, tetapi juga menjadi jalan bagi pengampunan dosa dan pendamaian bagi seluruh umat manusia. Kematian-Nya adalah korban yang Ia persembahkan kepada Bapa, sesuai dengan kehendak Bapa, untuk menebus umat-Nya.

Dalam konteks pengudusan Harun, tindakan ini menandai awal dari generasi imam yang akan melayani di Kemah Suci. Mereka harus memahami bahwa pelayanan mereka adalah sakral, memerlukan penyerahan diri total, dan selalu tunduk pada perintah Allah. Kesalahan dalam hal ini bisa berakibat fatal, seperti yang ditunjukkan oleh kisah Nadab dan Abihu. Oleh karena itu, pentingnya mempersembahkan domba jantan ini bukan hanya seremonial, tetapi sebuah pelajaran mendasar tentang iman, ketaatan, dan kekudusan.

Kisah ini mengingatkan kita bahwa ibadah yang sejati datang dari hati yang taat dan tunduk pada kehendak Tuhan. Seperti Harun yang mempersembahkan domba jantan sesuai perintah-Nya, kita pun dipanggil untuk menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Kristus, Anak Domba Allah, Sang Imam Agung kita. Pelayanan kita, sekecil apapun, haruslah dilakukan dengan kesadaran penuh akan kehendak Tuhan dan demi kemuliaan-Nya.