Imamat 8:23 - Melangkah dalam Ketetapan Ilahi

"Dan ia menyembelihnya, lalu Musa mengambil sebagian dari darahnya dan membubuhkannya pada cuping telinga kanan Harun, pada bonggol ibu jarinya dan pada bonggol ibu jarinya kaki kanannya."

Ilustrasi Pengurapan Imam IMAM

Ayat Imamat 8:23 memuat sebuah momen krusial dalam sejarah bangsa Israel, yaitu pengurapan Harun dan keturunannya sebagai imam-imam Tuhan. Tindakan Musa yang diperintahkan Tuhan ini bukan sekadar ritual seremonial biasa, melainkan sarat dengan makna simbolis dan teologis yang mendalam. Pengurapan ini menandai peralihan dari pribadi yang awam menjadi hamba yang dikuduskan untuk melayani di hadirat Allah.

Detail tindakan membubuhkan darah pada cuping telinga kanan, bonggol ibu jari tangan kanan, dan bonggol ibu jari kaki kanan Harun memiliki arti yang sangat spesifik. Bubuhan darah pada cuping telinga kanan melambangkan kesiapan untuk mendengar dan menaati firman Tuhan. Seorang imam harus peka terhadap suara Tuhan, siap mendengarkan perintah-Nya, dan kemudian menyampaikannya kepada umat.

Selanjutnya, darah pada bonggol ibu jari tangan kanan mengindikasikan kesiapan tangan untuk melakukan tugas pelayanan sesuai dengan kehendak Tuhan. Tangan seorang imam haruslah tangan yang mau bekerja, melayani, dan melakukan segala yang diperintahkan oleh Sang Ilahi. Ini mencakup berbagai tugas seperti mempersembahkan korban, mengajarkan hukum Taurat, dan menengahi antara Allah dan umat-Nya.

Terakhir, bubuhan darah pada bonggol ibu jari kaki kanan menyimbolkan kesiapan kaki untuk melangkah di jalan Tuhan. Seorang imam harus siap berjalan mengikuti ke mana pun Tuhan memimpin, membawa pesan-Nya ke berbagai tempat, dan tidak gentar menghadapi tantangan dalam melaksanakan panggilannya. Langkah kaki ini mencerminkan perjalanan hidup yang didedikasikan sepenuhnya untuk pelayanan kudus.

Proses pengurapan ini menegaskan bahwa menjadi imam bukanlah sebuah pilihan pribadi semata, melainkan sebuah penunjukan dari Tuhan yang melibatkan penyerahan diri total. Darah yang digunakan bukan sembarang darah, melainkan darah dari korban sembelihan yang melambangkan penebusan dan pengudusan. Ini adalah pengingat bahwa pelayanan di hadirat Tuhan selalu bersumber pada pengorbanan dan pembersihan dari dosa.

Bagi umat percaya saat ini, prinsip yang terkandung dalam Imamat 8:23 tetap relevan. Meskipun kita tidak lagi menjalankan sistem keimaman seperti di Perjanjian Lama, kita dipanggil menjadi 'imam-imam raja' (1 Petrus 2:9). Ini berarti kita juga dipanggil untuk mendengar suara Tuhan, menggunakan tangan kita untuk melayani sesama dan memuliakan nama-Nya, serta mengarahkan langkah kaki kita untuk berjalan di jalan kebenaran. Pelayanan sejati selalu dimulai dari hati yang siap mendengar, tangan yang siap bekerja, dan kaki yang siap melangkah mengikuti pimpinan-Nya. Mari kita renungkan makna pengurapan ini dan hidup sesuai dengan panggilan kudus kita, senantiasa mengutamakan ketetapan Ilahi dalam setiap aspek kehidupan kita.

Pelajari lebih lanjut tentang Imamat 8:23 di Alkitab Sabda.