Imamat 8:25 - Makna Pengorbanan Persembahan

"Lalu diambilnya sedikit dari darah itu dan dibubuhnya pada ujung daun telinga kanan Harun, pada jempol tangan kanan dan pada jempol kaki kanannya."

Persembahan Harun Imamat 8:25
Ilustrasi sederhana makna pengorbanan dalam Imamat.

Ayat Imamat 8:25 merupakan bagian penting dari narasi penahbisan Harun dan keturunannya sebagai imam-imam di Israel. Perintah untuk membubuhkan darah korban persembahan pada ujung daun telinga, jempol tangan, dan jempol kaki Harun bukanlah sekadar ritual simbolis, melainkan memiliki makna teologis yang mendalam dan relevan bagi pemahaman kita tentang pelayanan dan kekudusan.

Tindakan ini dilakukan oleh Musa atas perintah Tuhan, menandakan bahwa setiap aspek kehidupan imam harus disucikan dan dikuduskan bagi pelayanan kepada Tuhan. Daun telinga yang dibubuhkan darah menyimbolkan kesediaan untuk mendengar firman Tuhan dan menaatinya. Imam harus menjadi pendengar yang setia, peka terhadap suara Tuhan dan ajaran-Nya, serta menyampaikan kebenaran tanpa keraguan.

Jempol tangan yang diberi darah melambangkan kesediaan untuk melakukan pekerjaan pelayanan dengan setia dan kudus. Tangan adalah alat untuk beraktivitas, dan dalam konteks keimaman, tangan digunakan untuk mempersembahkan korban, memberkati umat, dan melayani Tuhan. Pembubuhan darah ini menegaskan bahwa setiap tindakan tangan imam haruslah bersih dari dosa dan diarahkan sepenuhnya untuk kemuliaan Tuhan.

Selanjutnya, jempol kaki yang dibasahi darah menunjukkan kesiapan untuk melangkah ke mana pun Tuhan mengarahkan. Kaki melambangkan arah dan perjalanan hidup. Imam harus bersedia berjalan di jalan yang Tuhan tunjukkan, melayani di tempat yang Tuhan kehendaki, dan membawa terang Injil ke segala penjuru. Kaki yang kudus berarti langkah-langkah yang diarahkan oleh hikmat ilahi dan motivasi yang murni.

Imamat 8:25 juga menekankan pentingnya pengorbanan. Darah yang digunakan berasal dari korban persembahan, yang merupakan pengganti dosa. Ini secara profetik menunjuk pada pengorbanan Kristus di kayu salib, yang menjadi darah pendamaian sempurna bagi dosa umat manusia. Sebagai imam besar kita, Kristus telah menyucikan kita dengan darah-Nya yang berharga, sehingga kita pun dapat melayani Tuhan dengan hati yang bersih dan motivasi yang kudus.

Bagi kita yang percaya, kita dipanggil menjadi "imam-imam" bagi-Nya (1 Petrus 2:9). Ayat ini mengajarkan bahwa panggilan untuk melayani Tuhan menuntut pengudusan total. Kita perlu memohon kepada Tuhan agar telinga kita senantiasa terbuka untuk mendengar suara-Nya, tangan kita terarah untuk melakukan kehendak-Nya, dan kaki kita siap melangkah ke mana pun Dia memanggil. Pengorbanan Kristus telah membuka jalan bagi kita untuk hidup dalam kekudusan, memungkinkan kita untuk memberikan pelayanan yang berkenan kepada-Nya. Marilah kita merenungkan makna mendalam dari ayat ini dan hidup sesuai dengan panggilan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang kudus.