"Lalu Musa mengambil seluruhnya dari tangan Harun dan mempersembahkannya menjadi persembahan unjukan di atas mezbah, bersama-sama dengan korban bakaran; semuanya itu adalah persembahan urapan untuk bau-bauan yang menyenangkan, suatu korban yang menyenangkan bagi TUHAN."
Simbol pengurapan dan korban yang menyenangkan.
Ayat Imamat 8:28 merupakan bagian krusial dari narasi pengurapan Harun dan putra-putranya sebagai imam-imam di hadapan TUHAN. Bagian ini tidak hanya mencatat sebuah ritual, tetapi juga mengandung makna teologis yang mendalam mengenai kedekatan umat dengan Tuhan, peran mediator, dan berkat yang mengalir dari ketaatan pada perintah ilahi.
Perintah mengenai "persembahan unjukan" (yakni, persembahan yang diayunkan atau diangkat sebagai tanda pengakuan kepada Allah) dan "korban bakaran" yang dipersembahkan oleh Musa atas nama Harun, menekankan pentingnya penyerahan total kepada Allah. Ayat ini secara spesifik menyebutkan bahwa persembahan tersebut adalah "persembahan urapan untuk bau-bauan yang menyenangkan". Kata "mevurakhav" dalam bahasa Ibrani merujuk pada minyak urapan yang berharga, yang sering kali digunakan untuk menguduskan dan menandai sesuatu atau seseorang bagi Allah. Bau harum dari persembahan ini di hadapan TUHAN melambangkan penerimaan, kekudusan, dan rekonsiliasi antara Allah dan umat-Nya. Ini adalah gambaran indah tentang bagaimana persembahan yang tulus dan sesuai dengan ketetapan-Nya dapat membangkitkan kerelaan dan penerimaan dari Sang Ilahi.
Peran Musa dalam ayat ini sangat penting. Ia bertindak sebagai perantara, melaksanakan instruksi Allah dalam mengurapi dan mempersembahkan korban. Ini menunjukkan bahwa dalam tatanan ibadah Israel, ada struktur dan otoritas yang ditetapkan oleh Allah. Harun, yang kini dikuduskan, menjadi ujung tombak pelayanan imamat. Persembahan yang ia lakukan, dan yang dilakukan untuknya oleh Musa, adalah simbol dari tanggung jawabnya untuk membawa umat kepada Allah dan membawa berkat Allah kepada umat. Bau-bauan yang menyenangkan ini bukan hanya aroma fisik, tetapi metafora dari doa-doa, ketaatan, dan penyerahan diri yang dinaikkan kepada Allah oleh para imam atas nama bangsa Israel.
Imamat 8:28 mengingatkan kita bahwa ibadah yang sejati kepada Allah melibatkan pengorbanan, penyerahan diri, dan kesungguhan hati. "Bau-bauan yang menyenangkan" menyiratkan bahwa Allah menghendaki hubungan yang harmonis dan kudus dengan ciptaan-Nya. Peran para imam sebagai mediator menjadi sangat vital dalam memelihara hubungan ini. Melalui mereka, umat dapat mendekat kepada Allah dan menerima berkat-Nya. Di era modern, ayat ini dapat diinterpretasikan secara rohani. Umat percaya kini adalah "imamat yang rajani" (1 Petrus 2:9), yang dipanggil untuk mempersembahkan "korban pujian" (Ibrani 13:15) dan menjalani kehidupan yang kudus sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah. Ketaatan pada firman-Nya, doa yang tulus, dan tindakan kasih yang dilandasi iman adalah "bau-bauan yang menyenangkan" di hadapan-Nya.
Dengan demikian, Imamat 8:28 bukan sekadar catatan historis ritual kuno, melainkan sebuah pengajaran abadi tentang bagaimana kita dapat membangun dan memelihara hubungan yang kudus dan menyenangkan dengan Allah, melalui perantaraan yang ditetapkan-Nya dan penyerahan diri yang tulus.