Ayat Kejadian 10:18 merupakan bagian dari silsilah yang sangat penting dalam Kitab Kejadian, yang dikenal sebagai "Daftar Bangsa-Bangsa" atau Tabel Bangsa-Bangsa. Ayat ini secara spesifik menyebutkan tentang perpecahan keturunan Eber dan timbulnya berbagai bangsa dengan bahasa yang berbeda-beda di seluruh penjuru bumi. Konteks ayat ini sangat erat kaitannya dengan narasi sebelumnya mengenai peristiwa Menara Babel, meskipun tidak secara eksplisit menyebutkan Babel. Peristiwa Menara Babel, yang diceritakan pada Kejadian 11, adalah momen kunci di mana Tuhan memperbanyak bahasa manusia untuk menghentikan ambisi dan kesatuan mereka yang dinilai negatif.
Kejadian 10:18 memberikan gambaran geografis dan etnografis mengenai penyebaran manusia setelah peristiwa banjir besar Nuh. "Keturunan Eber" di sini merujuk pada nenek moyang yang memiliki garis keturunan dari Eber, salah satu cucu Sem, putra Nuh. Dari garis keturunan ini, muncullah bangsa-bangsa yang kemudian mendiami berbagai wilayah di bumi. Ayat ini menunjukkan bagaimana keragaman bahasa dan budaya mulai terbentuk, sebagai konsekuensi dari pemencaran manusia. Hal ini juga memberikan dasar historis dan teologis bagi pemahaman tentang asal-usul berbagai bangsa dan bahasa yang ada di dunia.
Para ahli telah mencoba mengidentifikasi bangsa-bangsa yang disebutkan dalam Kejadian 10, termasuk keturunan dari Kanaan, Ham, dan Yafet, yang kemudian dari keturunan Eber muncullah bangsa-bangsa yang berbeda. Penyebutan "terpecah-pecah" dan "berbeda-beda bahasa" menunjukkan fase penting dalam sejarah manusia, di mana homogenitas yang mungkin ada sebelumnya mulai terkikis dan digantikan oleh keragaman. Peristiwa ini tidak hanya tentang perbedaan linguistik, tetapi juga tentang pembentukan identitas budaya, wilayah geografis, dan pada akhirnya, negara-bangsa.
Kejadian 10:18 memberikan semacam peta kuno yang sangat sederhana. Nama-nama yang tercantum dalam pasal 10 sering kali dihubungkan dengan wilayah-wilayah dan kelompok etnis kuno. Misalnya, keturunan Kanaan dikaitkan dengan bangsa-bangsa di wilayah Palestina dan Suriah; keturunan Ham dengan Mesir, Nubia, dan Afrika Utara; serta keturunan Yafet dengan wilayah yang lebih ke utara dan barat. Dengan demikian, ayat ini menjadi saksi bisu dari proses awal kolonisasi dan permukiman manusia di berbagai penjuru bumi.
Dari perspektif teologis, pemisahan bangsa-bangsa ini sering kali dilihat sebagai cara Tuhan untuk mengendalikan dan membentuk sejarah manusia sesuai dengan rencana-Nya. Meskipun pada awalnya mungkin tampak sebagai hukuman (terutama jika dikaitkan dengan Menara Babel), pemisahan ini juga membuka jalan bagi perkembangan peradaban yang lebih luas dan unik di berbagai wilayah. Tuhan tidak menginginkan kesatuan yang dipaksakan oleh keangkuhan manusia, melainkan kesatuan yang didasarkan pada pengenalan akan Dia.
Dalam studi sejarah dan arkeologi, Tabel Bangsa-Bangsa dalam Kejadian 10 sering kali menjadi titik referensi untuk memahami migrasi dan pembentukan masyarakat kuno. Meskipun tidak semua identifikasi modern sempurna, ayat ini tetap menjadi sumber penting yang mencerminkan pemahaman dunia kuno tentang asal-usul bangsa-bangsa. Kejadian 10:18 mengajak kita untuk merenungkan keragaman yang indah yang Tuhan hadirkan di dunia, serta mengakui bahwa di balik setiap perbedaan bahasa dan budaya, ada satu asal usul yang sama bagi seluruh umat manusia.