"Pada hari itu juga, dan pada waktu itu juga, Abraham serta Hagar, isterinya, bersama anak-anak mereka yang laki-laki dan anak-anak mereka yang perempuan, dan segala keturunan mereka, memukul mereka dari keluarga mereka."
Firman Tuhan dalam Kejadian 17:27 mencatat sebuah peristiwa penting yang menjadi titik balik dalam kisah Abraham dan keluarganya. Ayat ini menggambarkan pelaksanaan sunat sebagai tanda perjanjian antara Allah dan Abraham. Perintah sunat bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan sebuah penegasan visual dan fisik dari ikatan yang telah Allah buat dengan umat pilihan-Nya. Pelaksanaannya melibatkan Abraham sendiri, istrinya, serta semua laki-laki dalam rumah tangganya, termasuk para budak. Ini menunjukkan bahwa perjanjian tersebut mencakup seluruh aspek kehidupan dan keluarga Abraham.
Peristiwa ini terjadi segera setelah Allah menyatakan akan memberikan keturunan kepada Abraham dan Sarah, meskipun usia mereka sudah lanjut. Allah berfirman, "Tetapi perjanjian-Ku akan Kuaduhkan dengan Ishak, yang akan dilahirkan oleh Sarah, istrimu, pada tahun depan pada waktu seperti ini juga." (Kejadian 17:21). Pelaksanaan sunat pada hari yang sama adalah respons ketaatan Abraham terhadap perintah Allah, sebagai bukti imannya bahwa Allah sanggup menggenapi janji-Nya, bahkan dalam keadaan yang secara alami mustahil.
Makna terdalam dari ayat ini terletak pada penegasan kesetiaan Allah. Meskipun Abraham dan keluarganya mungkin memiliki keraguan atau kesulitan dalam memahami sepenuhnya rencana Allah, tindakan sunat menjadi pengingat konstan akan janji ilahi. Ini adalah pengingat bahwa Allah tidak melupakan janji-Nya dan bahwa Ia akan terus bekerja untuk mewujudkan rancangan-Nya melalui garis keturunan Abraham. Perjanjian ini tidak hanya berlaku untuk Abraham, tetapi juga untuk generasi-generasi berikutnya, membentuk identitas bangsa Israel sebagai umat yang dikhususkan bagi Allah.
Dalam konteks yang lebih luas, Kejadian 17:27 mengajarkan kita tentang pentingnya ketaatan yang segera dan penuh iman. Abraham tidak menunda atau mempertanyakan perintah Allah. Ia bertindak segera, menunjukkan bahwa imannya bukan sekadar keyakinan pasif, tetapi sebuah respons aktif yang mengutamakan kehendak Tuhan. Hal ini relevan bagi kita hari ini, di mana kita seringkali dihadapkan pada panggilan untuk bertindak sesuai dengan firman Tuhan, meskipun belum sepenuhnya mengerti seluruh jalannya. Ketaatan yang tulus seringkali menjadi kunci pembuka berkat dan pemenuhan janji-janji Tuhan dalam hidup kita.
Lebih jauh lagi, ayat ini mengingatkan bahwa perjanjian Allah memiliki implikasi komunal. Pelaksanaan sunat atas seluruh keluarga menunjukkan bahwa iman dan perjanjian Tuhan tidak bersifat individual semata, tetapi melibatkan seluruh komunitas, termasuk anggota keluarga dan bahkan para pelayan. Ini menekankan bahwa hidup beriman adalah sebuah perjalanan bersama, di mana setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawab dalam memelihara hubungan dengan Tuhan. Kejadian 17:27 adalah bukti visual yang kuat dari komitmen Abraham dan keluarganya untuk hidup di bawah perjanjian Allah, menegaskan bahwa janji Tuhan adalah sumber kekuatan dan harapan yang tak tergoyahkan bagi mereka dan bagi kita hingga kini.