Lukas 20:44 - Kedaulatan Mesias

"Maka Daud menyebut Dia Tuhan. Bagaimanakah ia menjadi anaknya?"

Ayat Lukas 20:44 adalah sebuah kalimat yang sangat kuat dan penuh makna, muncul dalam konteks percakapan Yesus dengan para ahli Taurat dan orang Farisi. Yesus sedang mengajarkan di Bait Allah, dan dalam momen krusial ini, Ia mengajukan sebuah pertanyaan retoris yang membingungkan para penentangnya. Pertanyaan ini bukan sekadar permainan kata, melainkan sebuah kunci untuk memahami identitas Mesias yang dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.

Dalam perdebatan yang sedang berlangsung, para ahli Taurat dan orang Farisi berusaha menjebak Yesus dengan pertanyaan-pertanyaan yang rumit. Namun, Yesus membalik keadaan dengan mengajukan pertanyaan kepada mereka mengenai Mesias. Ia mengutip dari Kitab Mazmur, khususnya Mazmur 110:1, yang menyatakan, "TUHAN (Yahweh) berfirman kepada Tuanku: 'Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu.'"

Kemudian, Yesus mengajukan pertanyaan yang menjadi inti dari Lukas 20:44: "Maka Daud menyebut Dia Tuhan. Bagaimanakah ia menjadi anaknya?" Pertanyaan ini menyoroti sebuah paradoks yang mendalam. Para pemimpin Yahudi memahami bahwa Mesias akan datang dari keturunan Daud, sesuai dengan nubuat Perjanjian Lama. Mereka mengharapkan seorang raja duniawi yang akan memulihkan kerajaan Israel. Namun, dalam kutipan dari Mazmur, Daud sendiri menyebut Mesias sebagai "Tuhan" (dalam bahasa Ibrani, 'Adonai', yang merujuk pada otoritas tertinggi). Bagaimana mungkin seorang keturunan Daud juga dipanggil sebagai Tuhan oleh Daud sendiri?

Jawaban atas pertanyaan ini terletak pada pemahaman Yesus sebagai pribadi ilahi sekaligus manusiawi. Dia adalah keturunan Daud secara garis keturunan manusiawi, namun pada saat yang sama, Dia adalah Tuhan yang kekal. Para ahli Taurat tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan karena pemahaman mereka tentang Mesias terlalu terbatas pada dimensi politik dan duniawi. Mereka gagal melihat kebenaran rohani yang lebih besar tentang siapa Mesias itu.

Dalam konteks ini, Yesus menegaskan bahwa Dia bukan sekadar seorang pemimpin politik biasa, tetapi lebih dari itu. Dia memiliki otoritas ilahi dan peran yang melampaui ekspektasi duniawi. Lukas 20:44 menjadi penegas bahwa Yesus adalah Tuhan yang menjelma menjadi manusia, memenuhi nubuatan dan menunjukkan kedalaman serta keluasan identitas-Nya. Hal ini juga merupakan sebuah ajakan bagi setiap orang untuk melihat Mesias bukan hanya sebagai sosok bersejarah, tetapi sebagai Tuhan yang hidup dan berkuasa yang hadir di tengah-tengah kehidupan kita, menawarkan keselamatan dan kebenaran ilahi.