Ikon Abraham dan Ishak

Kejadian 24:6 - Kisah Abraham dan Ishak

"Tetapi berkatalah Abraham kepada hamba tuan itu: "Janganlah kaubawa anakku laki-laki itu kembali ke sana."

Kisah dalam Kejadian pasal 24 merupakan salah satu narasi yang paling menyentuh dan penuh hikmat dalam Perjanjian Lama. Ayat keenam, yang berbunyi "Tetapi berkatalah Abraham kepada hamba tuan itu: 'Janganlah kaubawa anakku laki-laki itu kembali ke sana'", memegang peran penting dalam menggarisbawahi keputusan krusial Abraham mengenai masa depan Ishak. Perintah ini datang pada saat Abraham mulai merasakan usia senjanya dan mulai memikirkan kelanjutan garis keturunannya yang dijanjikan Allah. Perjanjian Allah dengan Abraham bukan hanya tentang keturunan secara fisik, tetapi juga tentang pewarisan iman dan berkat ilahi kepada generasi mendatang.

Konteks dari ayat ini adalah permintaan Abraham kepada hamba kepercayaannya yang paling tua untuk pergi ke tanah kelahirannya, yaitu Mesopotamia, untuk mencari seorang istri bagi Ishak. Abraham sangat yakin bahwa Ishak tidak boleh menikah dengan perempuan-perempuan Kanaan, yang pada saat itu belum mengenal Allah yang benar. Keputusan ini mencerminkan kepedulian Abraham yang mendalam terhadap kesetiaan Ishak kepada perjanjian dan imannya. Ia ingin memastikan bahwa pewaris janji Allah ini dipersatukan dengan seseorang yang juga memiliki iman yang sama, sehingga iman itu dapat terus berakar dan bertumbuh di generasi berikutnya.

Perintah "Janganlah kaubawa anakku laki-laki itu kembali ke sana" sangat tegas. Ini menunjukkan bahwa Abraham tidak hanya tidak ingin Ishak kembali ke Ur-Kasdim, tempat nenek moyangnya berasal, tetapi juga menekankan pentingnya misi yang diberikan kepada hamba tersebut. Hamba itu memiliki tanggung jawab besar: mencari istri bagi Ishak tanpa membawa Ishak sendiri ke tanah yang jauh dan berpotensi membawa pengaruh yang tidak sejalan dengan kehendak Allah. Tugas ini menuntut iman, kebijaksanaan, dan ketergantungan penuh pada pimpinan Tuhan.

Abraham memahami bahwa janji Allah tentang keturunan yang banyak dan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa, berpusat pada garis keturunan Ishak. Oleh karena itu, pemilihan istri bagi Ishak bukanlah sekadar masalah pribadi, melainkan merupakan bagian integral dari penggenapan janji ilahi. Perintah ini juga menunjukkan kepercayaan Abraham kepada hamba-Nya, sekaligus penyerahan dirinya kepada kehendak Allah. Abraham percaya bahwa Allah akan bekerja melalui hamba-Nya untuk menemukan perempuan yang tepat, seperti Ribka, yang kelak akan menjadi bagian penting dalam sejarah keselamatan.

Ayat ini menjadi landasan bagi seluruh perjalanan hamba Abraham. Hal ini mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga kesucian iman dalam keluarga dan dalam memilih pasangan hidup. Keputusan yang diambil Abraham, yang tampak keras pada pandangan pertama, sebenarnya didasari oleh iman yang teguh dan visi ilahi. Ia tidak hanya memikirkan masa depan anaknya, tetapi juga masa depan janji Allah yang akan terwujud melalui keturunannya. Kisah ini terus menginspirasi kita untuk selalu menempatkan iman dan kehendak Tuhan di atas segala pertimbangan duniawi, terutama dalam hal-hal yang fundamental bagi kelangsungan iman.