Kejadian 37:32: Kesedihan yang Menyesatkan

"Lalu mereka membawa turun jubah itu kepada ayah mereka dan berkata: "Ini kami temukan. Periksalah kiranya, apakah ini baju anakmu atau bukan.""
Simbol kesedihan dan penipuan

Kejadian 37:32 merupakan salah satu ayat kunci dalam kisah Yakub dan anak-anaknya, khususnya mengenai nasib Yusuf. Ayat ini diucapkan oleh saudara-saudara Yusuf ketika mereka kembali kepada ayah mereka, Yakub, setelah melakukan perbuatan keji terhadap adik mereka. Frasa "Ini kami temukan. Periksalah kiranya, apakah ini baju anakmu atau bukan" adalah ungkapan yang sarat makna, menyembunyikan kebenaran yang mengerikan di balik pertanyaan yang tampak lugu.

Kisah ini berawal dari kecemburuan saudara-saudara Yusuf terhadap kasih sayang istimewa yang diberikan Yakub kepada Yusuf. Hadiah jubah berwarna-warni, simbol kesukaan dan kemuliaan, semakin memupuk kebencian mereka. Puncak dari ketidakpuasan ini adalah ketika mereka sepakat untuk menjual Yusuf menjadi budak dan kemudian menciptakan cerita palsu untuk meyakinkan Yakub bahwa Yusuf telah dimakan binatang buas. Inilah titik krusial di mana Kejadian 37:32 menjadi relevan. Saudara-saudara tersebut telah mencemari jubah kesayangan Yusuf dengan darah binatang (sebagai penipuannya), dan kini mereka mempersembahkannya kepada Yakub.

Kata-kata "Ini kami temukan" adalah sebuah kebohongan yang terencana. Mereka tidak menemukan jubah itu dalam keadaan seperti itu secara tidak sengaja. Sebaliknya, mereka sendiri yang mencemari dan membawanya kembali sebagai alat untuk memanipulasi emosi Yakub. Tujuan mereka adalah untuk membuat Yakub percaya bahwa Yusuf telah tiada, dan dengan demikian mengakhiri segala harapannya untuk memiliki anak kesayangannya itu. Penipuan ini tidak hanya mengelabui Yakub, tetapi juga menguji integritas dan kebijaksanaan Yakub.

Selanjutnya, pertanyaan "Periksalah kiranya, apakah ini baju anakmu atau bukan" adalah taktik licik lainnya. Mereka seolah-olah memberikan kesempatan kepada Yakub untuk melakukan verifikasi, namun dalam hati mereka yakin bahwa Yakub akan mengenali jubah itu sebagai milik Yusuf. Dengan demikian, kesedihan Yakub akan semakin dalam, dan mereka akan terhindar dari kecurigaan. Ini adalah bentuk manipulasi emosional yang kejam, memanfaatkan kedalaman kasih seorang ayah sebagai senjata.

Dampak dari penipuan ini sungguh menghancurkan. Yakub merobek pakaiannya, berkabung dalam kesedihan yang mendalam, dan menolak dihibur. Ia yakin bahwa anaknya telah mati. Kesedihan Yakub ini adalah bukti nyata dari kesuksesan saudara-saudara Yusuf dalam menyesatkan ayahnya. Namun, di balik kesedihan yang tampaknya memilukan ini, terbentang benang-benang takdir ilahi. Kisah Yusuf, meskipun dimulai dengan pengkhianatan dan penderitaan, pada akhirnya menjadi bagian dari rencana Allah yang lebih besar untuk menyelamatkan keluarga Yakub dari kelaparan di Kanaan.

Kejadian 37:32 mengajarkan kita tentang bahaya kebohongan dan konsekuensinya. Penipuan, sekecil apapun kelihatannya, dapat membawa kehancuran dan kesedihan yang mendalam. Penting bagi kita untuk selalu berpegang pada kebenaran dan kejujuran, bahkan ketika menghadapi kesulitan atau tekanan. Kisah ini juga menunjukkan bagaimana Allah dapat bekerja melalui situasi terburuk sekalipun untuk mewujudkan kehendak-Nya, meskipun jalan-Nya seringkali tidak mudah dipahami oleh manusia.