Kejadian 38:1

"Pada waktu itu, Yehuda berpisah dari saudara-saudaranya dan singgah pada seorang Adulam, yang bernama Hirah."

Ayat pembuka dari pasal ke-38 dalam Kitab Kejadian, yaitu Kejadian 38:1, menandai sebuah transisi penting dalam narasi keluarga Yakub. Ayat ini memperkenalkan tokoh Yehuda dan menunjukkan bahwa ia mengambil jalan yang berbeda dari saudara-saudaranya. Konteks historisnya menempatkan kita pada periode ketika Yakub dan keluarganya masih berada di Kanaan, sebelum mereka akhirnya turun ke Mesir dalam jumlah besar. Tindakan Yehuda untuk "berpisah" dari saudara-saudaranya dan "singgah" pada seorang Adulam bernama Hirah, mengindikasikan sebuah momen penting yang akan mengarah pada serangkaian peristiwa yang kompleks dan penuh makna.

Peristiwa yang terbentang dalam pasal ini seringkali dianggap sebagai selingan dari kisah utama tentang perjalanan Yusuf dan pemulihan hubungan keluarga. Namun, pasal 38 memiliki signifikansi teologis dan genealogis yang mendalam. Ia tidak hanya menyoroti karakter dan keputusan Yehuda, tetapi juga memperkenalkan garis keturunan yang krusial bagi sejarah Israel. Keputusan Yehuda untuk berpisah ini bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga sebuah penanda awal dari serangkaian peristiwa yang akan membentuk nasibnya dan keluarganya. Ia mencari tempat tinggal sementara di wilayah Adulam, yang menunjukkan adanya kebutuhan akan tempat berlindung atau mungkin tujuan pribadi yang belum terungkap.

Kisah yang mengikuti pasal ini menceritakan tentang Yehuda yang menikahi seorang wanita Kanaan. Pernikahan ini sendiri sudah menimbulkan pertanyaan, mengingat Yakub dan keluarganya memiliki instruksi untuk tidak berbaur dengan bangsa Kanaan. Dari pernikahan ini, lahir tiga anak: Er, Onan, dan Syela. Tragedi kemudian melanda ketika Er, putra sulung Yehuda, meninggal tanpa memiliki keturunan. Sesuai dengan adat istiadat kawin paksa (levirat), Yehuda kemudian meminta Onan, putra kedua, untuk menikahi janda kakaknya dan melanjutkan keturunan bagi Er. Namun, Onan, yang tampaknya tidak ingin keturunannya menjadi milik saudaranya yang sudah meninggal, menumpahkan benihnya ke tanah agar tidak memberikan keturunan bagi Er. Tindakan ini sangat tidak berkenan di mata Tuhan, sehingga Onan pun meninggal.

Jalan yang Berbeda: Yehuda dan Hirah Sebuah Simbolisasi Pertemuan dan Keputusan

Setelah kematian Onan, Yehuda menjadi ragu untuk menikahkan putra bungsunya, Syela, dengan Tamar, menantunya. Ia khawatir Syela juga akan meninggal. Yehuda kemudian mengirim Tamar kembali ke rumah ayahnya dengan janji bahwa ia akan menikahkannya dengan Syela ketika Syela sudah dewasa. Namun, janji itu tidak pernah ditepati. Tamar, yang kini menjadi seorang janda tanpa harapan memiliki anak dan penerus, memutuskan untuk mengambil tindakan drastis. Ia menyamar sebagai seorang pelacur sundal dan duduk di tepi jalan Enaim yang dilalui Yehuda dalam perjalanan ke Timsna untuk menggunting domba-dombanya.

Pertemuan antara Yehuda dan Tamar yang menyamar ini adalah inti dari kisah yang penuh drama. Yehuda, yang tidak mengenalinya, membayar jasanya dengan tanda pengenal yang ia pegang: tali pengikat stambolnya, gelang dan tongkatnya. Tamar kemudian hamil dari pertemuan itu. Ketika kemudian diketahui bahwa Tamar hamil, Yehuda murka dan memerintahkan agar ia dibakar. Namun, ketika Tamar menunjukkan tanda pengenal itu dan mengaku bahwa ia hamil dari pria yang memiliki barang-barang tersebut, Yehuda menyadari kebenaran dan mengakui kesalahannya. Ia berkata, "Lebih benar ia daripada aku, sebab aku tidak memberikannya kepada Syela, anakku."

Kisah Kejadian 38:1 dan kelanjutannya bukanlah sekadar cerita sensasional. Ia mengungkapkan kompleksitas iman, moralitas, dan bagaimana Tuhan dapat bekerja melalui kelemahan dan kesalahan manusia. Dari hubungan terlarang ini, lahir dua anak kembar: Peres dan Zerah. Keturunan Peres inilah yang nantinya akan menjadi bagian dari garis keturunan Daud dan, pada akhirnya, Yesus Kristus. Dengan demikian, ayat sederhana ini membuka pintu bagi pemahaman yang lebih dalam tentang kedaulatan Allah dan bagaimana Ia menggunakan bahkan peristiwa-peristiwa yang tampaknya kelam untuk mencapai tujuan-Nya yang kekal. Kejadian 38:1, meski terkesan sebagai detail kecil, ternyata memegang kunci penting dalam silsilah Mesias.