"Setelah itu berkatalah Yehuda kepada Tamar mertuanya: “Apakah yang dapat kuberi kepadamu? Hendaklah engkau bekerja pada diriku.” Tetapi Tamar menjawab: “Tidak, tetapi aku mau bekerja pada diriku sendiri.”"
Ayat Kejadian 38:18 merupakan bagian dari sebuah narasi yang kompleks dan penuh pelajaran moral dalam Kitab Kejadian. Ayat ini mencatat percakapan penting antara Yehuda, salah satu putra Yakub, dan Tamar, menantu perempuannya. Dalam konteks cerita, Tamar telah kehilangan dua suami sebelumnya, yaitu Er dan Onan, yang keduanya adalah putra Yehuda dan meninggal sebelum memiliki keturunan dengan Tamar. Menurut hukum levirat (persaudaraan), Yehuda seharusnya memberikan putra ketiganya, Syela, kepada Tamar untuk dinikahinya dan meneruskan garis keturunan suaminya. Namun, Yehuda menunda-nunda hal ini, menimbulkan situasi yang sangat sulit bagi Tamar.
Pada titik ini dalam cerita, Tamar mengambil inisiatif untuk mengubah nasibnya. Dia menyadari bahwa Yehuda tidak berniat memenuhi kewajibannya. Dalam sebuah tindakan yang berani dan strategis, Tamar menyamar sebagai seorang pelacur jalanan dan menggoda Yehuda. Setelah Yehuda berjanji akan memberinya seekor kambing sebagai bayaran, ia memberikan tanda pengikatnya, tongkatnya, dan perhiasan lehernya sebagai jaminan. Kejadian 38:18 terjadi setelah Yehuda pergi dan menyadari bahwa ia telah memberikan jaminan tersebut kepada seorang yang tidak dikenalnya.
Ucapan Yehuda, "Apakah yang dapat kuberi kepadamu? Hendaklah engkau bekerja pada diriku," menunjukkan rasa bersalah Yehuda dan mungkin upaya untuk menebus kesalahannya, meskipun dengan cara yang masih kurang tepat karena ia tidak mengenali Tamar. Namun, respons Tamar, "Tidak, tetapi aku mau bekerja pada diriku sendiri," sangatlah kuat. Ini bukan penolakan semata, melainkan sebuah pernyataan kemandirian dan tekad untuk menentukan nasibnya sendiri. Tamar tidak mencari kemewahan atau keuntungan sesaat dari Yehuda; ia mencari keadilan, pengakuan atas haknya sebagai janda, dan pewaris garis keturunan.
Kisah ini menyoroti tema-tema penting seperti keadilan, hak waris, kesetiaan, dan keberanian perempuan di tengah masyarakat patriarkal. Tamar dihadapkan pada situasi yang sangat rentan, namun ia menunjukkan kecerdasan dan keberanian luar biasa untuk memastikan kelangsungan hidupnya dan garis keturunan suaminya. Kegigihan Tamar akhirnya membuahkan hasil. Belakangan, ketika Yehuda mengetahui bahwa Tamar hamil, ia menyuruh untuk membakarnya. Namun, ketika Tamar menunjukkan tanda pengikat, tongkat, dan perhiasan lehernya, Yehuda menyadari bahwa ia sendiri yang bersalah dan tidak dapat menghukum Tamar.
Penting untuk dicatat bahwa dari hubungan yang terjadi dalam kondisi yang kelam ini, lahirlah anak kembar, Peres dan Zerah. Keturunan Peres kemudian menjadi bagian penting dari silsilah Yesus Kristus, seperti yang tercatat dalam Injil Matius. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan dapat bekerja melalui situasi yang paling tidak terduga dan bahkan tercela untuk menggenapi rencana-Nya yang lebih besar. Kisah Tamar dan Yehuda, termasuk percakapan dalam Kejadian 38:18, mengajarkan bahwa keberanian, keadilan, dan kesetiaan dapat membawa harapan, bahkan dalam kondisi yang paling gelap sekalipun, dan bahwa campur tangan ilahi seringkali bekerja di luar pemahaman manusia.