Kitab Kejadian, sebuah fondasi dari tradisi Abrahamik, penuh dengan kisah-kisah yang kaya akan makna teologis, historis, dan genealogis. Di antara berbagai narasi tersebut, pasal 38 menyajikan sebuah kisah yang unik dan seringkali menjadi fokus perdebatan, yaitu kisah Yehuda dan Tamar. Bagian ini menyoroti dinamika keluarga, kesalahpahaman, keberanian, dan pada akhirnya, rencana ilahi yang terungkap melalui kejadian yang tidak terduga.
Dalam konteks pasal ini, kita diperkenalkan pada peristiwa yang mengarah pada kelahiran ganda. Setelah serangkaian tragedi yang menimpa putra-putra Yehuda, yaitu Er dan Onan, Yehuda ragu untuk menyerahkan putra bungsunya, Syela, kepada Tamar, menantunya. Tamar, yang berduka dan berjuang untuk mendapatkan keturunannya, akhirnya mengambil tindakan yang berani dan terencana untuk memastikan kelangsungan garis keturunan suaminya, dan oleh karena itu, kelangsungan garis keturunan Yehuda.
Kejadian 38:29 secara spesifik menggambarkan momen kelahiran yang dramatis dari dua anak kembar dari hubungan antara Yehuda dan Tamar. Ketika persalinan dimulai, bidan menyaksikan bahwa salah satu bayi terulur tangannya keluar lebih dulu. Dalam upaya untuk memastikan siapa yang sebenarnya adalah anak sulung, bidan melakukan tindakan mengikatkan sehelai kain merah pada pergelangan tangan bayi yang terulur tersebut. Tak lama kemudian, bayi kedua pun lahir, menindih bayi pertama.
Adegan ini, meskipun sederhana dalam deskripsinya, memiliki implikasi yang signifikan. Penanggalan awal oleh bidan, yang ditandai dengan kain merah, menunjukkan bahwa bayi yang terulur tangannya lebih dulu adalah Zerah. Namun, karena ia kemudian tertindih dan yang kedua lahir lebih kuat, bayi kedua diberi nama Peres. Nama "Peres" berasal dari kata Ibrani yang berarti "membelah" atau "menembus," merefleksikan bagaimana ia "menembus" keluar setelah saudaranya.
Pentingnya ayat ini tidak hanya terletak pada deskripsi kelahiran itu sendiri, tetapi juga pada penekanan mengenai hak kesulungan. Dalam budaya kuno, anak sulung biasanya memegang posisi yang istimewa, menerima warisan ganda dan kepemimpinan keluarga. Namun, kisah Zerah dan Peres menunjukkan bahwa rencana Allah terkadang berjalan di luar perkiraan manusia dan bahkan di luar urutan kronologis yang tampak.
Fakta bahwa Peres, yang lahir kedua, kemudian menjadi leluhur yang lebih signifikan dalam silsilah Mesias, seperti yang tercatat dalam Kitab Rut dan Injil Matius, menunjukkan bagaimana Allah dapat membalikkan urutan atau memberkati dengan cara yang tidak konvensional. Ini adalah pengingat yang kuat bahwa Allah melihat melampaui penampilan luar dan tradisi untuk melaksanakan rencana-Nya.
Kisah Yehuda dan Tamar, yang berpuncak pada Kejadian 38:29, bukan sekadar anekdot tentang kelahiran. Ini adalah bagian integral dari narasi besar penebusan dalam Alkitab. Keturunan Peres kemudian akan mengarah kepada Daud, dan akhirnya kepada Yesus Kristus. Dengan demikian, ayat ini secara halus namun pasti menenun dirinya ke dalam kisah keselamatan.
Ayat ini mengajarkan tentang kedaulatan Allah yang bekerja melalui berbagai keadaan, bahkan yang tampaknya tidak teratur atau memalukan. Ini juga menyoroti keberanian Tamar dan bagaimana ia berpartisipasi secara aktif dalam mengamankan janji-janji Allah. Peran bidan dalam mencatat detail kelahiran menekankan pentingnya setiap detail dalam rencana ilahi.
Dengan menelaah Kejadian 38:29, kita diingatkan bahwa di tengah-tengah kelemahan manusia, kesalahan, dan harapan yang tertunda, Allah terus bekerja untuk menggenapi janji-Nya. Garis keturunan yang tampaknya terputus atau terganggu justru menjadi jalan bagi manifestasi rencana ilahi yang lebih besar. Kisah ini adalah testimoni bisu tentang kesetiaan Allah dan bagaimana Ia dapat menggunakan kejadian yang paling tidak terduga untuk membawa tujuan-Nya tercapai.
Ilustrasi abstrak kelahiran ganda Zerah dan Peres.