Kisah dalam Kitab Kejadian, khususnya pasal 46, membawa kita pada momen penting dalam perjalanan hidup Yakub dan keluarganya. Ayat kedua dari pasal ini, "Pada suatu malam dalam suatu penglihatan, Allah berfirman kepada Israel: "Yakub! Yakub!" Jawabnya: "Ya, inilah aku.", merupakan inti dari sebuah dialog ilahi yang sarat makna. Ayat ini mencatat bagaimana Allah, Sang Pencipta, secara langsung berkomunikasi dengan hamba-Nya, Yakub, yang saat itu dikenal juga dengan nama Israel. Pengalaman ini terjadi pada malam hari, dalam sebuah penglihatan, sebuah cara berkomunikasi yang seringkali digunakan Allah dalam Perjanjian Lama untuk menyampaikan pesan-Nya kepada para nabi dan orang pilihan-Nya.
Pemanggilan nama "Yakub! Yakub!" menunjukkan keintiman dan penegasan. Allah tidak hanya memanggil satu kali, tetapi dua kali, menekankan bahwa Ia berbicara langsung kepada pribadi Yakub. Respons Yakub, "Ya, inilah aku," menunjukkan kesiapan dan ketaatan untuk mendengarkan apa yang akan difirmankan oleh Allah. Ini adalah gambaran klasik dari seorang hamba yang siap merespons panggilan tuannya. Dalam konteks ini, Yakub sedang berada dalam masa transisi besar, di mana ia dan seluruh keluarganya akan segera berpindah dari Kanaan menuju Mesir atas undangan Yusuf, anaknya yang telah lama hilang. Kegalauan dan mungkin kecemasan bisa saja menyelimuti hatinya memikirkan masa depan keluarganya di negeri asing.
Firman Tuhan dalam penglihatan ini menjadi peneguhan dan pengarahan. Melalui firman ini, Allah mengonfirmasi rencana-Nya untuk membawa keturunan Yakub ke Mesir dan menjanjikan bahwa Ia akan menjadikan bangsa yang besar dari sana. Ini adalah janji keselamatan dan pemeliharaan yang tak tergoyahkan. Allah hadir di tengah keragu-raguan Yakub, memberikan kepastian dan harapan. Perintah untuk turun ke Mesir bukanlah akhir dari rencana Allah, melainkan sebuah langkah penting menuju pemenuhan janji-Nya untuk menjadikan Yakub bangsa yang besar.
Kisah Kejadian 46:2 mengajarkan kita tentang sifat Allah yang selalu hadir dan berbicara kepada umat-Nya. Sekalipun situasi tampak sulit atau membingungkan, Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Ia seringkali berkomunikasi melalui berbagai cara, baik melalui firman tertulis, bisikan hati, maupun pengalaman hidup. Respons "Ya, inilah aku" dari Yakub mengingatkan kita akan pentingnya kesediaan hati untuk mendengarkan dan menanggapi suara Tuhan. Dalam kehidupan modern yang serba cepat, penting bagi kita untuk meluangkan waktu untuk hening dan mendengarkan, agar kita dapat mendengar suara-Nya yang menuntun, menguatkan, dan memberikan arah di setiap langkah perjalanan hidup kita. Allah ingin kita bergantung pada-Nya, bukan pada kekuatan atau pemahaman kita sendiri.
Kisah ini juga menegaskan bahwa Allah bekerja melalui peristiwa-peristiwa yang tampak biasa atau bahkan dramatis dalam kehidupan manusia untuk mewujudkan rencana-Nya yang lebih besar. Kepindahan Yakub dan keluarganya ke Mesir, yang diawali dengan firman Allah dalam penglihatan ini, kelak akan menjadi latar belakang bagi proses pembentukan bangsa Israel di tanah Mesir selama ratusan tahun, sebelum mereka kemudian dilepaskan oleh Allah melalui Musa. Ini adalah sebuah rantai peristiwa ilahi yang dimulai dari percakapan sederhana namun mendalam antara Allah dan umat pilihan-Nya.