Kejadian 46:33 - Nasihat Tuhan untuk Yusuf

"Dan Yusuf berkata kepada Firaun: "Telah diperintahkan kepadaku oleh ayahku dan oleh saudaraku, bahwa kamu akan berkata kepadaku: Sehat-sehat kiranya saudara-saudaramu dan anak-anak dombamu, kambing dombamu, ternakmu, dan semua yang dipunyai bapa-babamu. Dan apabila mereka kelak bertanya kepadamu: Apakah pekerjaanmu?, maka katakanlah: Kami ini gembala domba, dan kami ini peternak, baik aku maupun nenek moyakku, sejak dahulu kala."
Keluarga yang Bersatu Di Tanah Mesir

Kisah ini berasal dari Kitab Kejadian, sebuah narasi kuno yang penuh dengan makna dan pelajaran mendalam bagi kehidupan. Kejadian 46:33 mencatat sebuah momen penting dalam perjalanan keluarga Yakub menuju Mesir. Setelah bertahun-tahun berpisah dan mengalami berbagai cobaan, Yusuf akhirnya bertemu kembali dengan ayah dan saudara-saudaranya. Momen reuni ini dipenuhi dengan air mata, kelegaan, dan tentunya, penataan ulang kehidupan baru di tanah asing.

Ayat ini tidak hanya sekadar dialog biasa, melainkan sebuah instruksi strategis yang diberikan Yusuf kepada saudara-saudaranya. Ia tahu bahwa Firaun akan bertanya tentang pekerjaan mereka dan asal-usul mereka. Oleh karena itu, Yusuf memberikan mereka arahan spesifik: untuk mengatakan bahwa mereka adalah gembala domba dan peternak. Ini adalah sebuah pilihan yang bijaksana. Dalam budaya Mesir kuno, gembala, terutama gembala domba, sering kali dianggap memiliki kedudukan yang lebih rendah oleh para bangsawan dan penduduk kota. Namun, dengan mengidentifikasi diri mereka sebagai gembala, mereka juga secara tidak langsung menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang terbiasa dengan kehidupan di padang rumput, terpisah dari keramaian kota. Ini juga bisa menjadi cara untuk menghindari perhatian yang berlebihan atau kecurigaan dari orang Mesir.

Lebih dari itu, pengakuan ini adalah pengakuan akan identitas dan warisan mereka. Mereka adalah keturunan gembala dan peternak, dan itu adalah pekerjaan yang telah dilakukan oleh nenek moyak mereka selama beberapa generasi. Yusuf ingin memastikan bahwa keluarganya tetap memegang teguh akar mereka, bahkan ketika mereka mulai membangun kehidupan baru di Mesir. Ini menunjukkan pentingnya melestarikan tradisi dan jati diri, serta bagaimana identitas keluarga dapat membentuk cara kita berinteraksi dengan dunia luar.

Arahan Yusuf juga mencerminkan pemahaman mendalamnya tentang dinamika sosial dan politik di Mesir. Ia telah hidup di Mesir cukup lama untuk mengerti bagaimana masyarakat itu berfungsi. Dengan memberikan instruksi ini, ia berusaha melindungi keluarganya, memastikan mereka diterima dan dapat hidup dengan tenang di Mesir, serta menghindari potensi konflik atau prasangka buruk yang mungkin timbul jika identitas atau pekerjaan mereka disalahpahami. Ini adalah pelajaran tentang kebijaksanaan dalam berkomunikasi dan bagaimana menyesuaikan diri dengan lingkungan baru tanpa kehilangan jati diri.

Kejadian 46:33 mengingatkan kita bahwa di setiap fase kehidupan, terutama saat menghadapi perubahan besar, diperlukan perencanaan dan pemikiran yang matang. Yusuf, yang telah mengalami perjalanan hidup yang luar biasa dari seorang budak hingga menjadi orang kedua di Mesir, mengajarkan kita pentingnya mempersiapkan keluarga untuk menghadapi tantangan dan peluang yang ada. Nasihatnya bukan hanya tentang pekerjaan, tetapi tentang menjaga integritas, keutuhan keluarga, dan identitas mereka di tengah dunia yang baru. Ini adalah kisah tentang keluarga, ketahanan, dan kebijaksanaan ilahi yang membimbing langkah mereka di tanah asing.