Ayat Kejadian 48:18 merupakan momen krusial dalam kisah Yusuf dan ayahnya, Yakub. Peristiwa ini terjadi pada akhir kehidupan Yakub, ketika ia memanggil kedua cucunya, Manasye dan Efraim, anak-anak Yusuf, untuk memberkati mereka. Sejak lama, berkat dari seorang ayah, terutama seorang patriark, memiliki makna spiritual dan pewarisan yang sangat mendalam dalam tradisi Israel kuno. Berkat ini bukan sekadar doa, melainkan pengakuan atas peran dan hak istimewa yang akan diterima oleh penerusnya.
Yusuf, sebagai anak kesayangan Yakub, telah mengalami perjalanan hidup yang luar biasa. Dari dijual oleh saudara-saudaranya menjadi budak di Mesir, hingga akhirnya menjadi orang kedua setelah Firaun, Yusuf menunjukkan ketekunan, kebijaksanaan, dan kesetiaan yang luar biasa. Dalam kemuliaannya di Mesir, ia tidak melupakan keluarganya. Ia mempersunting seorang wanita Mesir dan dikaruniai dua orang anak laki-laki, Manasye dan Efraim. Ketika kelaparan melanda Kanaan, Yusuf jugalah yang menyelamatkan seluruh keluarganya dengan membawa mereka ke Mesir.
Ketika Yakub merasa ajalnya semakin dekat, ia ingin memberikan berkat terakhirnya kepada keturunan Yusuf. Ia memanggil Manasye dan Efraim ke hadapannya. Sesuai adat, Yakub seharusnya meletakkan tangan kanannya di atas kepala Manasye, sebagai anak sulung, dan tangan kirinya di atas kepala Efraim. Namun, Yakub justru menyilangkan tangannya, meletakkan tangan kanannya di atas kepala Efraim (yang lebih muda) dan tangan kirinya di atas kepala Manasye.
Respons Yusuf terhadap tindakan ayahnya inilah yang tercatat dalam Kejadian 48:18: "Tidak demikian, ya bapa, karena yang sulung ialah ini; letakkanlah tangan kananmu di atas kepalanya." Yusuf merasa ada kekeliruan dalam urutan berkat yang diberikan ayahnya. Ia berusaha mengoreksi Yakub, mengingatkannya tentang status Manasye sebagai anak sulung. Ini menunjukkan betapa Yusuf sangat menghargai tatanan warisan dan berkat, serta betapa ia ingin memastikan bahwa hak-hak abangnya tidak terabaikan.
Namun, Yakub, yang dikaruniai penglihatan ilahi, membalas perkataan Yusuf dengan penuh keyakinan. Ia berkata, "Aku tahu, anakku, aku tahu; ia juga akan menjadi suatu bangsa, dan ia juga akan menjadi besar. Tetapi adiknya akan lebih besar daripadanya, dan keturunannya akan menjadi suatu bangsa yang penuh." (Kejadian 48:19). Pernyataan Yakub ini mengungkap bahwa tindakannya bukanlah sebuah kesalahan, melainkan sebuah penegasan dari rencana Allah. Allah telah mengindikasikan kepada Yakub bahwa Efraim, sang adik, akan lebih diberkati dan keturunannya akan menjadi lebih besar dari Manasye. Ini adalah anugerah ilahi yang melampaui tradisi adat istiadat manusia.
Kejadian 48:18 dan ayat-ayat sekitarnya mengajarkan kita beberapa hal penting. Pertama, tentang pentingnya mengakui dan menghormati urutan dan hak yang diberikan secara alami atau tradisional, sebagaimana usaha Yusuf untuk mengoreksi ayahnya. Kedua, ayat ini juga secara gamblang menunjukkan bahwa rencana dan berkat Allah seringkali melampaui pemahaman dan kebiasaan manusia. Allah dapat memilih yang lebih muda untuk diutamakan, membalikkan urutan yang lazim demi tujuan-Nya yang mulia. Bagi Yusuf, ini adalah pelajaran penting tentang bagaimana Allah bekerja, dan pada akhirnya, ia menerima kebijaksanaan ayahnya. Berkat Yakub atas Manasye dan Efraim membentuk dasar bagi keberadaan suku-suku Israel yang penting di masa depan.
Kisah ini menekankan kepercayaan pada hikmat ilahi yang seringkali tersembunyi, dan bagaimana keluarga patriarkal memberikan fondasi spiritual bagi keturunannya, meskipun terkadang melalui cara-cara yang mengejutkan. Berkat yang diberikan Yakub kepada Efraim dan Manasye meneguhkan status mereka sebagai leluhur penting dalam sejarah bangsa Israel, sebuah janji yang terus bergema hingga kini.