"Tetapi ia berkata: "Sesungguhnya, anakku yang lebih muda akan menjadi lebih besar dari pada kakaknya, dan keturunannya akan menjadi sekumpulan bangsa."
Kitab Kejadian mencatat banyak momen penting dalam perjalanan umat pilihan Allah. Salah satu momen yang sarat makna terjadi di akhir kehidupan Yakub, saat ia memberikan berkat dan pengakuannya kepada cucu-cucunya, Efraim dan Manasye, anak-anak dari Yusuf. Kejadian 48:19 adalah ayat kunci yang mengungkapkan kehendak ilahi mengenai kedua keturunan Yusuf ini. Yakub, yang pada saat itu telah tua dan matanya rabun, secara sengaja menyilangkan tangannya ketika memberkati kedua cucunya. Ia meletakkan tangan kanannya di atas kepala Efraim, yang lebih muda, dan tangan kirinya di atas kepala Manasye, yang sulung. Tindakan ini, yang mungkin tampak kontradiktif dengan kebiasaan umum yang memberikan berkat utama kepada yang sulung, memiliki implikasi teologis yang mendalam.
Ketika Yusuf menyadari kesalahan ayahnya dalam urutan pemberkatan, ia berusaha memperbaikinya. Namun, Yakub menolak, menyatakan bahwa ia mengetahui apa yang dilakukannya. Frasa "Sesungguhnya, anakku yang lebih muda akan menjadi lebih besar dari pada kakaknya, dan keturunannya akan menjadi sekumpulan bangsa" menegaskan penegasan Yakub atas penempatan tangan yang tidak lazim itu. Ini bukan sekadar preferensi pribadi Yakub, melainkan sebuah pernyataan kenabian yang mengungkapkan rencana Allah. Efraim, yang lebih muda, diprediksi akan memiliki peran yang lebih signifikan, bahkan melampaui kakaknya, Manasye.
Implikasi dari janji ini sangat besar. Sepanjang sejarah Israel, keturunan Efraim menjadi salah satu suku yang paling menonjol dan berpengaruh di antara dua belas suku Israel. Suku Efraim menjadi simbol penting dari Kerajaan Utara (Israel) setelah perpecahan kerajaan. Janji bahwa keturunannya akan menjadi "sekumpulan bangsa" menunjukkan pertumbuhan dan penyebaran yang luar biasa, yang melampaui batas-batas keluarga semata. Ini berbicara tentang potensi dan berkat yang diberikan Allah kepada mereka yang dipilih-Nya, terlepas dari urutan kelahiran.
Kejadian 48:19 memberikan beberapa pelajaran penting bagi kita hari ini. Pertama, ini mengajarkan bahwa rencana Allah seringkali melampaui pemahaman dan ekspektasi manusia. Yakub bertindak atas tuntunan ilahi, yang mengarah pada pengakuan Efraim sebagai yang lebih besar. Ini mengingatkan kita untuk tidak terpaku pada cara-cara duniawi dalam melihat potensi dan berkat, tetapi untuk mempercayai hikmat dan kedaulatan Allah.
Kedua, ayat ini menyoroti sifat berkat Allah yang tidak terbatas. Janji "sekumpulan bangsa" bukan hanya tentang kuantitas, tetapi juga tentang kualitas dan signifikansi. Ini menunjukkan bahwa Allah memiliki rencana besar untuk kehidupan orang-orang yang percaya kepada-Nya, bahkan jika pada awalnya mereka terlihat tidak menonjol. Berkat Allah dapat membawa pertumbuhan, pengaruh, dan dampak yang luas.
Terakhir, kisah ini adalah pengingat akan pemeliharaan ilahi. Yakub, di akhir hayatnya, masih setia melayani tugasnya untuk memastikan keturunan Yusuf menerima berkat dan tempat yang layak di antara Israel. Ini mencerminkan perhatian cermat Allah terhadap detail kehidupan umat-Nya, bahkan melalui generasi-generasi. Kejadian 48:19 terus menjadi sumber pengharapan, menegaskan bahwa Allah adalah Allah yang setia, yang menggenapi janji-janji-Nya dan membentuk sejarah sesuai dengan kehendak-Nya yang sempurna.