Kejadian 50:1-26

"Lalu Yusuf sujud di atas muka ayahnya, menangis di atasnya serta menciumnya. Kemudian Yusuf memerintahkan kepada orang-orangnya, para tabib itu, untuk mengawetkan jenazah ayahnya. Maka orang-orang Israel melakukan seperti yang diperintahkan kepada mereka. Empat puluh hari lamanya diperlukan untuk pengawetan itu, sebab demikianlah lamanya waktu yang diperlukan untuk pengawetan jenazah. Dan orang Mesir menangisi Yakub tujuh puluh hari lamanya." (Kutipan dari Kejadian 50:1-3)

Perjalanan Terakhir dan Pemakaman Yakub

Kejadian pasal 50 membawa kita pada momen-momen terakhir dari kehidupan tokoh penting dalam sejarah keselamatan, yaitu Yakub. Setelah bertahun-tahun hidup dalam ketidakpastian dan penderitaan, Yakub akhirnya menemukan kedamaian di tanah Mesir, tempat putranya, Yusuf, telah menjadi orang terpandang. Ayat-ayat awal pasal ini menggambarkan kesedihan mendalam Yusuf atas kematian ayahnya. Tindakan Yusuf menyuruh para tabib untuk mengawetkan jenazah ayahnya menunjukkan betapa besar rasa hormat dan cintanya kepada Yakub. Proses pengawetan jenazah, yang memakan waktu empat puluh hari, diikuti oleh masa perkabungan oleh bangsa Mesir yang berlangsung selama tujuh puluh hari. Ini menunjukkan penghormatan yang diberikan kepada keluarga Yakub dan status istimewa mereka di Mesir.

Peristiwa ini bukan sekadar akhir dari kehidupan seorang individu, melainkan juga menandai awal dari sebuah perjalanan penting bagi keturunan Yakub. Setelah masa perkabungan selesai, Yusuf meminta izin kepada Firaun untuk membawa jenazah ayahnya ke tanah Kanaan, tempat leluhur mereka dikebumikan. Ini adalah permintaan yang krusial, karena membawa jenazah Yakub kembali ke tanah perjanjian adalah sebuah penegasan janji Tuhan kepada Abraham, Ishak, dan Yakub sendiri. Firaun mengabulkan permintaan Yusuf, dan sebuah kafilah besar, yang terdiri dari para petinggi Mesir, para tua-tua dari keluarga Yusuf, dan seluruh keluarga Yakub, berangkat menuju Kanaan. Perjalanan ini dipenuhi dengan penghormatan dan sorak-sorai, menunjukkan kemuliaan yang menyertai rombongan tersebut.

Setibanya di dekat Sikhem, rombongan itu berhenti dan melakukan upacara perkabungan yang khidmat selama tujuh hari. Tindakan ini menjadi pengingat akan kesetiaan mereka terhadap tradisi dan keyakinan leluhur. Akhirnya, jenazah Yakub dikebumikan di dalam gua Makhpela, tempat yang telah dibeli Abraham dari Efron orang Het, dan di mana Sara, Ishak, Ribka, dan Lea juga telah dikebumikan. Pemakaman ini merupakan momen pemenuhan janji Tuhan tentang tempat istirahat bagi keturunan-Nya.

Pemakaman Yakub di Kanaan Yakub Serombongan Mesir Keluarga Kanaan Gua Makhpela
Visualisasi perjalanan dan pemakaman Yakub.

Ketenangan dan Penegasan Janji

Pasal ini juga memperlihatkan perubahan hati saudara-saudara Yusuf. Setelah kematian Yakub, mereka menjadi khawatir bahwa Yusuf akan membalas dendam atas perlakuan mereka di masa lalu. Namun, Yusuf menenangkan hati mereka dengan kata-kata yang penuh kasih dan pengampunan. Ia menekankan bahwa apa yang mereka lakukan adalah bagian dari rencana Tuhan untuk menyelamatkan banyak orang. "Janganlah kamu takut, sebab akukah pengganti Allah? Tetapi kamu telah merencanakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah merencanakannya untuk kebaikan, supaya terjadi seperti yang sekarang ini, yaitu menyelamatkan nyawa orang banyak." (Kejadian 50:19-20). Pernyataan ini adalah puncak dari kebijaksanaan dan iman Yusuf. Ia melihat campur tangan ilahi di balik segala peristiwa, baik yang baik maupun yang buruk.

Kejadian 50:22-26 menceritakan akhir kehidupan Yusuf. Ia hidup hingga usia 110 tahun dan melihat keturunan Efraim sampai kepada generasi ketiga. Sebelum meninggal, Yusuf membuat perjanjian dengan saudara-saudaranya, yaitu agar ketika Tuhan membawa mereka keluar dari Mesir, mereka harus membawa tulang-belulangnya dari sana. Ini adalah tindakan iman terakhir Yusuf, yang menegaskan keyakinannya pada janji Tuhan untuk mengembalikan umat-Nya ke tanah Kanaan. Kematian Yusuf menandai akhir dari era penguasa yang luar biasa ini, namun juga menjadi awal dari masa baru bagi keturunan Israel di Mesir, yang akan segera memasuki fase perbudakan yang panjang, hingga akhirnya TUHAN akan membawa mereka keluar sesuai dengan janji-Nya. Kejadian 50 adalah penutup yang indah dan penuh makna bagi kitab pertama dalam Alkitab, menyajikan pelajaran tentang kesedihan, pengampunan, kebijaksanaan ilahi, dan janji kekal Tuhan.