"Sesudah tujuh hari, datanglah air bah meliputi bumi." (Kejadian 7:10)
Kisah penciptaan dunia dalam Kitab Kejadian mencatat berbagai peristiwa penting yang membentuk sejarah peradaban manusia. Salah satu narasi yang paling dramatis dan monumental adalah tentang air bah besar yang menutupi seluruh bumi. Ayat Kejadian 7:10 secara ringkas menandai dimulainya bencana dahsyat ini: "Sesudah tujuh hari, datanglah air bah meliputi bumi." Pengulangan tujuh hari ini menekankan adanya periode penantian atau persiapan yang telah ditentukan, memberikan kesempatan bagi Nuh dan keluarganya untuk menyelesaikan pekerjaan penting mereka: membangun bahtera sesuai dengan perintah ilahi.
Perintah untuk membangun bahtera bukanlah sebuah tugas yang ringan. Nuh harus mengumpulkan kayu, memotongnya, membentuknya, dan melapisinya dengan ter. Proses ini pasti memakan waktu yang sangat lama dan melibatkan kerja keras yang luar biasa. Di tengah ejekan dan ketidakpercayaan dunia di sekitarnya, Nuh terus bekerja, menunjukkan kesetiaan yang luar biasa kepada Tuhan. Tujuh hari penantian setelah bahtera selesai dibangun mungkin adalah masa yang penuh kecemasan sekaligus harapan. Mereka telah melakukan apa yang diminta, dan sekarang mereka harus menunggu waktu Tuhan.
Ketika air bah itu datang, itu bukan sekadar hujan deras biasa. Kitab Kejadian menggambarkan bahwa "semua sumber air laut yang dalam membual" dan "jendela-jendela langit terbuka." Kombinasi curah hujan yang luar biasa dari atas dan keluarnya air dari kedalaman bumi menciptakan kekuatan penghancur yang belum pernah terjadi sebelumnya. Air mulai naik perlahan namun pasti, menelan daratan, gunung, dan lembah, hingga akhirnya menutupi puncak-puncak tertinggi sekalipun.
Dampak dari air bah ini sangat luas. Seluruh kehidupan di darat yang tidak berada di dalam bahtera binasa. Ini adalah pembersihan ilahi atas dosa dan kejahatan yang telah merajalela di muka bumi. Namun, di tengah kehancuran ini, ada harapan yang tersimpan di dalam bahtera Nuh. Nuh, istrinya, ketiga putra mereka (Sem, Ham, dan Yafet), dan istri mereka, bersama dengan sepasang dari setiap jenis binatang yang tidak halal, dan tujuh pasang dari binatang yang halal dan burung-burung, diselamatkan. Mereka menjadi inti dari kehidupan baru yang akan menghuni bumi setelah bencana berlalu.
Peristiwa air bah ini bukan hanya sebuah kisah kuno, tetapi juga memiliki makna teologis yang dalam. Ia mengajarkan tentang keadilan Tuhan yang menghukum dosa, tetapi juga tentang kasih dan pemeliharaan-Nya bagi mereka yang setia. Datangnya air bah yang digambarkan dalam Kejadian 7:10 menjadi titik balik yang ekstrem dalam sejarah bumi, menandai akhir dari satu era dan awal dari era baru yang dipenuhi dengan kesempatan untuk memulai kembali. Bahtera Nuh menjadi simbol keselamatan dan janji bahwa kehidupan akan terus berlanjut, meskipun melalui proses pemurnian yang dahsyat.
Kisah ini mengingatkan kita akan kuasa Tuhan yang tak terbatas dan pentingnya ketaatan kepada-Nya. Keputusan Nuh untuk percaya dan bertindak sesuai dengan firman Tuhan menyelamatkan keluarganya dan menjadi dasar bagi kelangsungan umat manusia. Air bah itu datang "sesudah tujuh hari," sebuah jeda waktu yang penuh makna, sebelum transformasi total bumi terjadi.