"Bukankah Aku yang menjadikan langit dan bumi, dan segala isinya?" demikianlah firman TUHAN.
Ayat dari Kitab Para Rasul pasal 7 ayat 50 ini merupakan bagian dari pidato penting yang disampaikan oleh Stefanus, seorang diaken yang penuh iman dan hikmat. Dalam kesaksiannya yang berapi-api di hadapan Mahkamah Agama Yahudi, Stefanus membela imannya dan membongkar ketidaktaatan serta penolakan leluhur mereka terhadap Roh Kudus. Inti dari perkataannya adalah sebuah pengingat tegas tentang kebesaran dan kedaulatan Allah yang tak tertandingi. Frasa "Bukankah Aku yang menjadikan langit dan bumi, dan segala isinya?" adalah pernyataan otoritatif dari Sang Pencipta itu sendiri. Ini bukan sekadar retorika, melainkan sebuah pengakuan fundamental mengenai siapa Allah itu. Dia adalah sumber segala keberadaan. Langit, dengan segala keagungannya yang tak terjangkau, dan bumi, dengan segala kerumitannya yang kaya, beserta seluruh elemen yang menghuninya – semuanya adalah hasil karya tangan-Nya. Ayat ini menekankan bahwa tidak ada satu pun yang ada tanpa kehendak dan kuasa-Nya. Dalam konteks pidato Stefanus, penekanan pada kemahakuasaan Allah ini bertujuan untuk menyadarkan para pendengarnya. Stefanus ingin menunjukkan betapa kecil dan tidak berarti upaya manusia untuk melawan kehendak Allah atau untuk membatasi keberadaan-Nya. Mereka yang merasa memiliki otoritas atas hukum dan Bait Suci, sejatinya sedang melawan Tuhan yang menciptakan segalanya. Tuhan yang sama yang membimbing leluhur mereka keluar dari Mesir, yang memberikan hukum, dan yang menjanjikan kedatangan Mesias. Kisah Rasul 7:50 mengingatkan kita akan perspektif yang benar tentang diri kita dan tentang Tuhan. Sebagai manusia, kita adalah ciptaan, bukan pencipta. Keberadaan kita, kemampuan kita, bahkan pikiran kita, semuanya berasal dari Dia. Mengakui Allah sebagai Pencipta segala sesuatu adalah langkah pertama untuk menempatkan Dia pada posisi yang semestinya dalam hidup kita: yang tertinggi, yang terkuat, dan yang paling berkuasa. Penting untuk merenungkan implikasi dari ayat ini dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita menghadapi tantangan yang terasa mustahil, kita diingatkan bahwa Allah yang menjadikan langit dan bumi adalah Allah yang sama yang sanggup mengatasi segala persoalan kita. Ketika kita merasa kecil dan tidak berarti, kita diingatkan bahwa kita adalah ciptaan-Nya, yang memiliki nilai di mata-Nya. Kebesaran-Nya tidak hanya terlihat dalam alam semesta yang luas, tetapi juga dalam rencana-Nya yang sempurna bagi umat-Nya. Oleh karena itu, marilah kita selalu mengingat kebenaran agung ini. Allah adalah Pencipta dan Pemelihara segalanya. Keagungan-Nya melampaui pemahaman kita, dan kuasa-Nya tak terbatas. Dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam sukacita maupun kesusahan, pengakuan akan Allah sebagai Sang Pencipta akan memberikan kita kekuatan, harapan, dan perspektif yang benar. Dia adalah Allah Maha Segalanya, dan kepada-Nya segala kemuliaan layak diberikan.